Menilik Album 'Langsung dari Konser Monokrom Jakarta (Live)' Tulus


Cr: Tulus Company Indonesia

Sebelum saya melanjutkan cerita-cerita saya tentang beberapa konser yang saya hadiri, kali ini saya lagi pengin menulis, menilik, dan mengulik (asoy) album baru yang dirilis sama idola sepanjang masa saya, Tulus. 

Tepat kemarin, Jumat (5/4/2019), Abang Tulus merilis album lagi. Bukan album berisi lagu-lagu baru sih, melainkan album yang direkam secara langsung dari Konser Monokrom TULUS Jakarta yang digelar 6 Februari 2019 silam. 

Excited? Wah jelaslah saya excited banget dengan perilisan album ini. Karena ini baru pertama kalinya Abang Tulus merilis album yang diproduksi langsung dari konser tunggalnya. Makin keren kan, kayak penyanyi-penyanyi Indonesia dan Internasional lainnya, konser dibikin jadi album ala-ala 'Live At' gitu. Ihiy.



Sebagai pendengar dan penggemar musik, sejauh ini saya cuma mendengarkan album live dari dua musisi favorit saya yang lain, Jason Mraz dan Coldplay. Album yang jadi favorit itu 'Jason Mraz's Beautiful Mess: Live on Earth' sama 'Coldplay Live in Buenos Aires'.

Ya monmaap yak, termasuknya golongan sobat misqueen, belum bisa nonton konser mereka yang bener-bener secara live, jadi dengerin album live at gitu aja udah seneng. Atmosfer konser bisa kerasa aja gitu rasanya walaupun dengerinnya juga sambil bercocok tanam.

Dan akhirnya, seorang Tulus rilis album live at, mengingat dari Konser Diorama sampe Konser Gajah nggak ada tuh dibikin album ala-ala live at begini. Padahal waktu saya nonton Konser Gajah yang di Jakarta, itu spesial banget sih dari aransemen musik sampe bintang tamunya.

Cerita saya nonton Konser Gajah bisa dibaca di sini>>> Konser Gajah TULUS Jakarta 2014.

5 tahun berlalu sejak Konser Gajah, adalah ide yang bagus untuk merilis album live at begini. Biar para penggemarnya makin cinta sama Abang dan terutama, biar yang waktu itu nggak bisa hadir di Konser Monokrom TULUS Jakarta bisa merasakan indahnya suasana dan atmosfer dari konser tunggal seorang Muhammad Tulus Rusydi, contohnya saya gitu. Ha.

Kebetulan saya nontonnya yang di Bandung, tentu saja album ini juga bikin saya penasaran, ada bedanya nggak sih dari segi musik antara yang di Bandung sama yang di Jakarta?

Cerita saya nonton Konser Monokrom bisa dibaca di sini>>> Konser Monokrom TULUS Bandung 2018.

Dan yaaasssshhh! albumnya pun sudah rilis di segala platform musik digital dan langsung saya dengerin. Total ada 21 lagu di dalam album 'Langsung dari Konser Monokrom Jakarta Tulus' ini, termasuk pembukanya yang berupa medley instrument beberapa lagu andalan doi.



Waktu dengerin bagian Pembuka-nya ini, saya jadi membayangkan waktu nonton konsernya di Bandung dan inget-inget, sama nggak ya? Hmmm, tampaknya sama Fulgoso. Dan seketika jadi inget kalo pas pembukaan begini, Abang Tulus belum muncul di atas panggung, jadi ini kayak sesi jamming-nya para pemain musik yang ada. Dari Pembuka, bisa didengerin kalo ada banyak elemen alat musik yang dipake dalam konser ini.

Setelah mendengarkan seluruh lagu yang ada di dalam album ini, saya merasa dari segi musik tidak ada perbedaan yang signifikan dari Konser Monokrom di Bandung maupun Jakarta, kayaknya aransemen semua lagu yang dibawakan juga sama kayak yang saya tonton langsung.

Mungkin gimmick di atas panggung aja kali ya yang beda, dan oh iya bintang tamu yang datang di Bandung dan Jakarta beda.

Kalo di Bandung, abang sempat kolaborasi sama Petra Sihombing di lagu 'Labirin' dan juga duet nyanyi beberapa lagu dengan maestro Indonesia, Waldjinah. Asli, kalo duetnya dengan Eyang Waldjinah dimasukkin ke dalam album ini, saya bakal seneng banget sih. Karena duet mereka berdua saat itu emang epik banget menurut saya. Intim, hangat, dan haru banget duet musisi beda generasi dan genre itu. Yah, sayangnya yang dijadiin album bukan Konser Monokrom yang di Bandung sih, ya.

Sementara, di Jakarta, Abang Tulus cuma kolaborasi sama Pappermoon Puppet Theatre asal Yogyakarta yang menghadirkan boneka Abak di atas panggung.

Ini namanya Abak, boneka yang nemenin Abang nyanyi di atas panggung - Cr; Teman Tulus Solo


Jadi boneka setinggi 2,5 meter itu jalan-jalan di atas panggung semacam nemenin Abang selama doi menyanyikan 'Teman Hidup'. Berdasarkan pantauan saya melalui IG Story rakyat-rakyat pecinta Tulus dan akun company-nya Abang, kalo di Bandung, suasana haru diciptakan oleh kehadiran Eyang Waldjinah, sementara di Jakarta diciptakan oleh Abak.

Interaksi Abak dan Tulus, penampilan Pappermoon Puppet Theatre yang juga ada di atas panggung serta lagu yang mendukung cukup membuat suasana menjadi haru dan hangat juga di Konser Monokrom Jakarta saat itu.

Selain itu, yang saya agak sayangkan adalah ketika Abang menyanyikan lagu Minang, tapi nggak dimasukkin ke dalam album ini. Seingat saya, doi nggak nyanyiin lagu Minang di Bandung, seingat saya ya. Ya maap kalo luput, jeda konser Bandung sama Jakarta itu 3 bulan lebih, jadi maklumi saya kalo lupa-lupa sikit. Ehe.

Kan, kapan lagi bisa dengerin Abang Tulus nyanyiin lagu dari tanah kelahirannya kan. Doi nyanyi empat lagu Minang loh, di-medley gitu. Mungkin ini juga yang menjadi pembeda di Bandung dan Jakarta kali ya.

Lalu, mungkin sebenernya ini juga nggak penting-penting banget sih, tapi lumayan epik juga kalo dimasukkin di album. Yaitu sesi jamming-nya Ari Renaldi, Topan Abimanyu, dan beberapa pemain musik lainnya yang saya lupa siapa namanya di tengah-tengah konser dan Abang nggak nyanyi. Waktu itu Ari Renaldi pake koper punya Tulus yang sering dipake buat berpergian, itu koper dijadiin cajon guys. Unik kan? Tapi nggak dimasukkin ke album, mungkin memang spesial buat orang-orang yang nonton konsernya doi deh ya.

Dan terakhir, bukan Bang Tulus namanya kalo doi nggak salah atau lupa lirik lagunya sendiri pas nyanyi. Meski konser tunggal teteup aja deh ada yang salah lirik dan kedengeran di album ini. Kayaknya emang udah hobi deh. Heuheu.

***

Okay, lanjut ke lagu-lagu yang menjadi favorit saya di album ini, dari 21 lagu, ada 9 yang saya suka dan menurut saya memorable banget terlebih seperti yang saya bilang, aransemen di Bandung dan Jakarta itu hampir semuanya sama.

Lagu pertama yang saya suka di Konser Monokrom ini adalah, 'Baru'. Ini cukup bikin saya kaget sih, karena di lagu aslinya itu bernuansa era 50-60'an deh dan diawali dengan suara dentuman drum. Tapi di Konser Monokrom, diaransemen ala orkestra dong.

Intronya jadi syahdu banget asli ini lagu 'Baru' di Konser Monokrom dan saya suka banget karena ini jadi pembuka yang bikin elu berkata “Wow, mindfuck!



Lagu kedua, adalah 'Cahaya'. Alasannya simple, ini adalah lagu ter, ter, ter, teeeeerrfavorit saya dari 3 albumnya Abang Tulus, jadi saya paling suka dan seneng kalo doi udah bawain lagu ini dalam bentuk aransemen apapun. Mulai dari lirik sampe melodi semuanya bener-bener syahdu dah ini lagu, guys.

Terlebih lagi, di sini ada obrolannya Abang yang makin ke sini makin romantis banget sama penontonnya tau nggak sih. Mana sempet memuji dirinya sendiri abis itu ketawa lagi, untung ganteng.

“Saya ingin bawakan untuk semua teman-teman yang hadir di sini, karena teman-teman semua adalah cahaya untuk saya,“

“Saya makin pinter ngomong, ya. Ahahahaha“

Ye, sa ae lu Alesandro.

Di konser, pada awalnya dia membiarkan lagu ini dinyanyikan oleh penonton yang hadir. Agak magabut ya Abang nyuruh penontonnya yang nyanyi, tapi it's okay, as long as lagunya enak dan lirik pamungkasnya itu.....

“Tak mudah lagi, sendu mengganggu
kau tahu cara buatku tertawa.
Tak mudah kusut, dalam kemelut
kau tahu cara mengurai semuaaaaa





Lanjut ke lagu ketiga itu 'Bumerang'! Aransemen di konser sih biasa aja, tapi mengingat lagu ini adalah lagu yang paling sering saya plesetin jadi nyanyi 'Blackbird'-nya The Beatles karena punya intro yang mirip ditambah, lagu ini jarang banget dibawain Abang Tulus di gigs-gigs kecil gitu. Jadi saya suka banget kalo ini dinyanyiin gitu kan, sekalian curhat terselubung melalui lirik lagunya si Abang.

Padahal lagu ini asoy banget loh, sebuah upaya bangkit setelah ditinggalin mantan karena selingkuh atau ditinggal sama orang yang PHP doang sama elu. Yang pernah tersakiti sama orang yang lu sayang, boleh lho dengerin lagu ini. Buahaha.

“Dia biarkanku jatuh cinta, 
lalu dia pergi seenaknya
Dihantui ragu, tapi tak peduli,
gegabah jadi alasannya





Lagu keempat, ada medley 'Teman Pesta' dan 'Kisah Sebentar', ini aransemennya asyik banget sih, jadi kebayang di sana bakal joget-joget gitu waktu lagu ini dinyanyiin. Dan terlebiiihh, 'Teman Pesta' dan 'Kisah Sebentar' itu sama kayak 'Bumerang', lagu lama yang jarang dan bahkan nggak pernah dibawain kalo di gigs-gigs kecil. Padahal lagunya asyik juga, tapi emang nggak se-booming lagu lainnya sih.

Terus dibikin apik, digabung aja ini lagu jadi bagus banget dah di konser.



Lalu, lagu kelima itu ada 'Monokrom', wah siapa sih yang nggak tahu lagu ini ya kalo udah menyangkut Tulus. Ini semacam hymne-nya Tulus sih dan pasti dibawain kalo nge-gigs di mana-mana. Terlebih liriknya emang personal banget, sengaja diciptakan Tulus buat para pendengar dan penggemar setianya yang udah mengikuti perjalanan kariernya sampe sekarang.

Tapi di konser, aransemennya dibuat lebih bagus lagi dong, intronya dibuat jadi kayak musik tradisional gitu karena pake suling. Duh, saya di venue merinding banget sih pas lagu ini dibawain. 



Lagu keenam, waaaah ini sih yang paling dahsyat menurut saya, 'Langit Abu-Abu'!!!!!

Ini lagu patah hati terbangsat yang pernah diciptain Abang Tulus. Buset deh, mulai dari lirik sampe penghayatannya Abang tiap bawain lagu ini tuh bener-bener nggak main-main, kayak bener-bener orang yang tersakiti gitu rasanya.

Dan di konser lagu ini dibuat spesial sekali karena dibuat Acapella dan kolaborasi sama Glorify The Lord Ensemble, ditambah waktu konser di Bandung maupun Jakarta, Tulus minta para penonton buat nggak ikut nyanyi. Bener-bener hening cipta semua penontonnya.

Wah, itu atmosfer yang diciptain bener-bener gila sih rasanya, kayak apa ya, bener-bener kayak terpuruk dalam kesedihan gitu loh, ah gimana sih ngejelasinnya, ya. Ya gitu deh pokoknya ya.

Cuma waktu didengerin di album ini, saya merasa nyanyiannya nggak seemosional waktu dia bawain pas Java Jazz Festival tahun 2017, tapi tetep ae edyaaaan siiiihhh asliiiikk!! Mewek saya waktu dengerin langsung di konser Bandung.



Coba dibandingkan dengan yang dibawain di Java Jazz Festival 2017, walaupun ending-nya doi ngakak, tapi tetep aja saya merasa lebih emosional yang di JJF 2017, terutama masalah ekspresinya, mungkin waktu itu lukanya masih basah-basahnya kali ya. Aheu. 




Lanjut ke lagu ketujuh, ini lagu impian saya untuk menikah nanti alias saya pengin ada lagu ini berkumandang di pernikahan saya. Karena, ini lagu termanis yang pernah saya dengar untuk meminta orang tersayang menemani di sisa umur kita. Nggak tahu kenapa, tiap saya denger lagu ini di manapun, terutama lagi sendirian gitu, saya merasa tenang dan kadang sampe mewek gitu. Serius. Bener-bener nggak tahu kenapa. Jadi, saya ingin pasangan hidup saya nanti menyanyikan lagu ini untuk saya di hari bahagia kita nanti *melambaikan tangan ke calon suami saya kelak* *kode nich*.

Ditambah, di konser Bandung dan Jakarta pun dibawainnya lebih syahdu lagi karena akustik gitu. Saya semakin tenggelam dalam suara Abang Tulus dan lirik lagunya ini.





Kemudian lagu kedelapan, wah ini lagu semacam mars buat orang-orang yang hobi fall in love with people we can't have, sih. Apalagi kalo bukan 'Sepatu'. Siapa yang nggak pernah ngalamin momen kayak di lagu ini sih ya kan? Saya sih sering.

Aransemennya sih biasa aja menurut saya, cuma saya inget di lagu ini saya nyanyi sekeras-kerasnya orang nyanyi. Saya ingat gimana saya meluapkan perasaan saya melalui lagu ini yang relate dengan saya juga. Gilak, puas banget saya waktu itu nyanyiin lagu ini. Dasar jomlo.

“Kita sadar ingin bersama,
tapi tak bisa apa-apa
kita sadar ingin bersama,
tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana,
tapi saling sentuh pun kita tak berdayaaaaa




Lagu kesembilan, yang terakhir adalah jatuh pada 'Manusia Kuat', semenjak ada lagu ini, tiap closing gigs-nya Abang itu rasanya jadi spesial dan semangat gitu. Dan lagu ini juga dijadiin closing di konsernya di Bandung dan Jakarta.

Di konser jadi lebih istimewa lagi karena doi kolaborasi lagi sama Glorify The Lord Ensemble, jadi rasanya megah banget itu penutupan konsernya.

Dan kayaknya ada selipan lirik baru di ending lagu dan seinget saya di Bandung nggak kayak gitu, di lagu asli juga nggak ada. Jadi ada lirik ini di sela-sela menuju ending lagu,

“Kita sinergi tamu di dunia




***

So far, album ini benar-benar menyenangkan banget untuk didengarkan sih. Untuk siapapun, untuk saya dan para penonton yang udah nonton konsernya langsung karena bisa membangkitkan memori waktu hadir di konser tunggal ini, dan juga buat orang-orang yang belum ada kesempatan untuk nonton konsernya secara langsung. 

Dan untuk saya yang udah khatam dan sering banget nonton gigs-nya Abang, ngerasain kalo pas di Konser Monokrom Jakarta ini, Abang Tulus perasaannya lagi bahagia banget ini. Nggak tahu kenapa berasa aja gitu dan bisa membayangkan senyuman dia sepanjang konser ini. Mungkin ini yang saya bilang dia nggak emosional banget waktu bawain 'Langit Abu-abu', ya karena pas di atas panggung dia lagi bahagia. 

Untuk yang nggak nonton konsernya, saya rasa album ini sangat cukup mempresentasikan atmosfer dan suasana dari Konser Monokrom Jakarta itu sendiri. Kan saya itungannya nggak nonton yang di Jakarta, pasti tetep ada yang beda kan dari yang di Bandung. 

Saya bisa merasakan euforia para penonton yang luar biasa dan indahnya suara Abang Tulus menyanyikan tiap lagu-lagunya. Saya pun tetap merinding mendengarkan 'Langit Abu-Abu', 'Monokrom', dan 'Sepatu' walau cuma melalui album ini. 

Jadi, kalo saya kangen suasana Konser Monokrom, tinggal dengerin album ini aja deh. Jadi pengingat banget kalo saya pernah menjadi bagian dari berlangsungnya konser ini ya kan. 

Yah begitulah penilaian ala-ala saya soal Album 'Langsung dari Konser Monokrom Jakarta (Live)' Tulus. Plus-minus pasti ada tapi setidaknya album ini benar-benar bisa menjadi penghibur dan pelepas rasa rindu untuk konser-konsernya Abang.

Okay, saya cukupkan penilaian sotoy ini yang menurut saya ya. Kolom komentar terbuka untuk siapa aja yang mau diskusi, menghujat, sampe ngegibah! Ciao!

Thank you for reading and God bless ya all!

Komentar

  1. Baca ini kok rasanya ikut terharu gimana gitu yah, apalagi yang Cahaya sama Monokrom. Masuk banget ke hatiii :'))) anyway monokrom lagu kebangsaan jaman KKN tuh wkwkwkwk. Wah kubaru tahu kalau Bang Tulus tiap konser selalu ada yang lupa lirik wkwk

    BalasHapus
  2. Yah, namanya manusia, penyanyi juga, namanya lupa lirik mah biasa, bumbunya itu, hihihihi

    BalasHapus
  3. lengkap sekali kak Bulan menceritakannya. memang beda sih kalau udah jadi fans fanatik ya kak.semua bagian sampai yang detil juga tahu banget, diceritakan satu persatu sampai tuntas, aku jadi ngerasa seperti fans tulus juga deh jadinya

    BalasHapus
  4. Keren nih bang Tulus, bisa punya album dari konser seperti artis internasional, uwuu..
    Aku suka lagunya bang Tulus nih, apalagi yang Manusia Kuat ehheee

    BalasHapus
  5. Baca tulisan ini jadi berasa cintanya bulan pada Tulus, heheh padahal saya bukan fansnya Tulus tapi baca ini jadi ikutan terbawa suasana babang Tulus kalau nyanyi

    BalasHapus
  6. Agak kaget waktu baca Tulus rilis album baru, kok aku ga tahu. Oh ternyata album livemya toh. Tulus memang keren. Kujuga suka.

    BalasHapus
  7. Kereeenn...
    Bisa masukin link dari spotify itu gimana caranya, Bulan?

    Aku suka Teman Hidup sama Sepatu juga...
    Easy-listening dan merasuuuk sampai ke hati.

    Tuluusss...
    Keep up the good work!
    Fightiing~

    BalasHapus
  8. Tulus lagunya enak enak banget nih mba hampir semua albumnya sih wajib banget di dengerin ya mba di sportify kayanya suda ada nih

    BalasHapus
  9. Aku gak apal lagu-lagu Tulus. Tapi pas dengar sih suka ya dari lirik dan suara tulus yang memang adem. Satu Album 21 lagu itu banyak yaa

    BalasHapus
  10. tulus suaranyaaaa khass bangett dan gw suka! lagu2 penyemangat enak didengerin lagi sedih apa lagi seneng...

    BalasHapus
  11. Emang keren bangetlah lagu-lagunya tulus.. diksi nya ga asal-asalan, udah gitu suaranya berkarakter banget. Pantesan aja konsernya rame banget ya :D

    BalasHapus
  12. Waaahh aku juga suka Tulus, tapi blm pernah nonton konsernya. Lagu2nya itu lho berasa kyk namanya "tulus" dan enak didengar.
    Aku jd penasaran duetnya sama Waljinah dan Petra Sihombing gmn mbak.

    BalasHapus
  13. lagu-lagu di album nya yang ini ya ampun enak-enak deh, boleh gak kak aku ikutan ngefans juga nih jadinya hihi biar diajakin nonton konsernya

    BalasHapus
  14. Fans berat sih ya..jadi banyak tau seluk beluk dan lagunya.
    Melihat konsernya pasti makin takjub. Apalagi lagu2 tulus terkenal banyak yang suka .

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik, maka gue juga akan menanggapinya dengan baik. Terima kasih sudah membaca postingan gue dan blogwalking di sini. Terima kasih juga sudah berkomentar. Have a great day, guys! Godblessya!

Postingan Populer