Aku Cuma Ingin Sembuh




Setelah pertemuan canggung dan dingin kemarin...
Maaf jika aku memberi keputusan itu.
Maaf jika kita harus berakhir seperti ini.

Setidaknya, aku berterima kasih karena kamu sudah menyanggupi satu dari banyaknya keinginanku.
Maaf jika pada akhirnya aku malah lebih banyak diam.
Maaf jika aku mengungkit-ungkit lagi kejadian-kejadian lama.




Sebenarnya, terlalu banyak hal yang ingin aku ungkapkan padamu saat itu.
Tapi entah kenapa lidahku tercekat, kalimat yang sudah aku susun di kepala, hilang begitu saja.
Aku bingung harus menyampaikan apa dulu.
Terlebih, aku takut aku mengeluarkan kata-kata yang nantinya menyakiti kamu.
Aku memang tidak pandai berkata-kata secara langsung.
Aku hanya bisa meluapkan segala sesuatunya secara baik melalui tulisan.

Harus kuakui, kemarin malam itu aku masih marah.
Marah yang terakumulasi sejak kita memutuskan untuk menyelesaikan ini semua.
Aku masih kecewa.
Aku masih terluka.
Aku emosional.
Dan ya.....
Aku masih berharap ada keajaiban kamu akan kembali padaku.

Banyak pertanyaan yang muncul di benakku.
Kenapa kita harus jadi seperti ini?
Kenapa kamu harus melakukan hal itu?
Kenapa hanya kamu yang mendapatkan semua keinginanmu?
Sementara cuma aku yang harus tersiksa akibat dari perbuatanmu?
Dan kenapa, kenapa, kenapa lainnya yang mungkin tak bisa kamu jawab.

Mungkin memang kamu belum pernah merasakan sakitnya melihat orang yang kamu sayang bahagia dengan orang lain.
Mungkin kamu belum pernah merasakan tersiksanya rasa ingin tahu kabar orang yang kamu sayang tapi tidak bisa apa-apa.
Mungkin kamu belum pernah merasakan hebatnya rindu yang ada tapi aku tidak berhak untuk mengatakannya.
Mungkin kamu belum pernah merasakan terlukanya saat kamu sedang berupaya sembuh dari masa lalumu yang lain, tapi ada orang lain yang menghancurkannya lagi, bahkan itu adalah orang terpercayamu.
Dan mungkin, kamu belum pernah merasakan hancurnya perasaan ketika kamu ditinggal pergi atau ditinggal mati oleh orang yang paling kamu sayang.
Kamu belum pernah merasakan itu....

Mungkin kamu baru akan paham dengan apa yang aku rasakan, jika kamu mengalaminya sendiri.
Tapi semoga tidak, karena rasa sakitnya luar biasa, hatimu menjadi patah sepatah-patahnya, hancur tak berbentuk, dan kamu tak hanya kehilangan dia, tapi kamu juga kehilangan dirimu sendiri.

Kemarin malam pun kamu banyak diam.
Diam seribu bahasamu itu entah kenapa membuatku yakin, bahwa aku tidak seberarti itu buat kamu.
Membuatku berpikir bahwa aku tidak penting.
Terlebih hubungan ini.
Terlebih tentang apa yang sudah aku lewati dan rasakan sendirian.
Semuanya terasa tidak penting bagimu.
Aku tidak melihat upayamu yang kamu bilang katanya mau memperbaiki semuanya.
Aku tidak melihat usaha itu sedikitpun meski kamu sudah datang ke sini.
Membuatku semakin sedih dan kecewa.
Semoga ini semua hanya perasaanku saja.

Dengan perasaanku yang masih sama semenjak kejadian itu, aku merasa bukan hal yang baik jika aku masih berada di dekatmu.
Aku tidak mau berekspektasi lagi.
Aku tidak mau berharap lagi.
Aku tidak mau menunggu kamu lagi.
Aku tidak mau cemburu lagi.
Aku tidak mau rasa sayangku ke kamu bertumbuh semakin besar.
Aku tidak mau terluka lagi.
Aku tidak mau merindukanmu lagi.
Dan segala hal yang cukup membuat hidupku terasa jauh lebih berat untuk kujalani.
Maka munculah keputusan itu kemarin malam.

Percayalah, melepaskan orang yang disayang, memutuskan hubungan meski hanya pertemanan, adalah pekerjaan yang berat dan tidak mudah untuk aku lakukan.
Percayalah, aku tidak pernah mau kehilangan kamu sebagai teman dekat yang pernah berbagi kenangan baik bersama.

Sakit dan patah hatinya sama seperti memutuskan hubungan dengan pacar yang kamu amat sayangi.
Sungguh teramat sulit.
Aku pun tidak mau seperti ini sebenarnya.
Tapi demi kebaikan aku sendiri, demi menjaga diri, semua itu harus aku lakukan.

Aku tidak membencimu.
Dan kalau boleh aku cabut pernyataanku, aku tidak menyesal mengenalmu.
Aku hanya menyesal kenapa hubungan kita berakhir seperti ini.
Dan tenang, aku pun sudah memaafkan kamu.

Aku hanya butuh waktu untuk bisa mencerna ini semua.
Untuk menerima bahwa aku tidak akan pernah bisa memilikimu.
Untuk mengikhlaskan kamu bukan untuk aku.
Untuk meredam semua emosi yang aku tumpuk untukmu.
Untuk menyadari bahwa sesungguhnya kamu tidak ada rasa untukku.
Untuk mengurangi perasaan sayangku ke kamu.
Untuk sembuh dari semua luka-luka yang ada.
Aku hanya butuh waktu.

Cukupkanlah ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu
Sebelum kau menjaga
Merawat melindungi segala yang berarti
Yang sebaiknya kau jaga
Adalah dirimu sendiri
Bungsu - Kunto Aji

Hingga aku merasa siap untuk menyapamu lagi suatu saat.
Benar-benar melupakan masa lalu kita yang menyakitkan.
Mungkin kita bisa berteman lagi, tapi tidak sekarang.
Sejujurnya, dari lubuk hati yang paling dalam, aku tetap berharap kita tetap bisa berteman baik lagi seperti sedia kala.

Aku minta maaf telah membuat keputusan ini.
Entah, kamu kecewa, marah, muak atau sudah tidak peduli lagi denganku, aku benar-benar minta maaf.

Semoga masih ada waktu untuk aku dan kamu benar-benar memperbaiki semua yang rusak.
Semoga masih ada kesempatan untuk aku kembali berteman denganmu.
Semoga kita bisa kembali lagi seperti dulu, tidak ada kecanggungan, tetapi obrolan-obrolan hangat, tawa dan canda, dan atau kita kembali menghabiskan waktu untuk nonton konser bersama lagi.
Semoga masih ada kesempatan itu.

Sekali lagi aku minta maaf untuk semuanya.
Maaf kalau tidak bisa menyampaikan tulisan ini secara langsung ke kamu.
Maaf untuk segala perkataan dan sikapku yang menyebalkan.
Berbahagialah dengan perempuan pilihanmu.
Semoga kalian langgeng dan menemukan keyakinan untuk hidup bersama selama-lamanya.
Jangan sakiti dia dan sakiti orang lain lagi, cukup aku saja.
Semoga apa yang sudah terlewati jadi pelajaran kita berdua.
Untuk aku, agar lebih berhati-hati lagi menjatuhkan hati.
Untuk kamu, agar kamu bisa lebih menghargai hidup serta perasaan orang lain dan artinya sebuah hubungan.
Seperti yang sudah aku bilang,
"Jangan pernah sentuh hidup atau hati orang jika kamu tidak mau bertanggung jawab atau bisa menjaganya".
Dan semoga, kamu tidak perlu merasakan atau mengalami rasa sakit luar biasa seperti yang aku alami ini.

Izinkan aku pergi dulu,
yang berubah hanya tak lagi ku di dekatmu
Kau masih bisa melihatku,
kau harus percaya kutetap teman baikmu..
Pamit - Tulus



Baik-baik ya di sana.
Salam,
NBRP
Surakarta, 3 April 2019.

Komentar

Postingan Populer