Eksperimen Rindu


Cr: Pixabay





Sebenernya ini nggak termasuk eksperimen sih atau termasuk ya? Hmmm...yang jelas, beberapa hari yang lalu saya sempet merasakan perasaan yang super impulsif dan sungguh tiba-tiba banget datengnya ke diri saya.

Sesuai dengan judul, benar sekali kalo saya sedang rindu, dan itu ditujukan untuk banyak orang terdekat pun yang pernah dekat dengan saya. 

Semuanya berawal dari saya riset tentang lagu-lagu Westlife untuk tulisan saya yang ini >>> Konser Westlife: The Twenty Tour Live in Sam Poo Kong Semarang 2019.

Ada satu lagu yang sebenernya dengerin pas rilisnya saya biasa aja, tapi kemarin pas riset sembari membedah liriknya, lagu ini malah akhirnya jadi nyantol di pikiran dan hati saya. Saya baru sadar lagu ini punya arti yang begitu dalam dan maknanya sungguh indah.




Lagu itu berjudul 'Better Man' yang setelah riset saya juga baru tahu kalo lagu ini ditulis oleh idola saya yang lain, Ed Sheeran. Jadi nggak heran kalo napas dari 'Better Man' mirip dengan ciri khas lagu-lagu milik Ed Sheeran, 'Perfect' contohnya dan dua lagu ini punya kemiripan mulai dari melodi sampe pemilihan kata di liriknya.

Tentu saya kembali mendengarkan 'Better Man' lagi sambil menulis, kemudian saya tertarik mendalami liriknya dan seketika hati saya menjadi hangat tapi berubah gelisah karena lagu ini. 

Cuplikan lirik lagu ini yang paling menyentuh saya itu dua bagian ini, 

"Lately, I've been missing you like crazy
Oh, why, why'd you let me in just to let me go?"

"Sometimes I'll be sitting on my own
Thinking 'bout life, thinking 'bout you and me
How do you lose the one you love?
After giving it all, you gave it up
Maybe my love wasn't enough
You think you know, but you never can"


Dan waktu saya baca liriknya sambil denger lagunya ini, saya kayak langsung........'DANG!'.

Seketika semua memori-memori saya bersama orang-orang terdekat saya seperti film yang sedang diputar di dalem otak saya. Semuanya dateng begitu aja, dari semua kenangan baik maupun sedih. Semua dateng.

Saat memori-memori saya mengalir tanpa diminta, terlihat sosok-sosok yang masih menemani saya sampe sekarang, sosok yang sudah dipisahkan jarak, sampai ke sosok yang sudah tiada. Tanpa sadar, air mata saya mengalir di pipi.

Benar kata Kunto Aji, kalo musik itu adalah sesuatu yang magical dan musisi adalah penyihirnya. Dan pada pengalaman saya kali ini, Westlife lah yang membuat saya tersihir dengan lagunya.

Lebay ya? 

Haha, iya nggak apa-apa, tapi emang seperti itu yang saya rasakan setelah coba mendalami lagu 'Better Man' ini. Semakin paham bahwa lagu ini tentang rasa kehilangan yang mendalam tapi di sisi lain, juga ingin memperbaiki keadaan yang ada dan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik setelah kehilangan itu.

Lagu ini relate untuk saya mungkin karena satu tahun ke belakang ini memang sedang merasakan banyak kehilangan dan juga harus berjarak dengan orang-orang terdekat saya sampe bikin diri ini kebal bahkan mati rasa dengan hal itu. 

Otomatis, setelah selesai menulis tulisan konser, saya jadi terus-terusan dengerin 'Better Man' kapanpun dan di manapun. Versi akustik menjadi yang paling favorit untuk saya. Tapi music video-nya juga nggak kalah bikin terharu biru. 




Setelah beberapa hari dengerin 'Better Man' saya jadi menyadari bahwa saya kangen sama orang-orang terdekat secara spesifik. Di satu puncak kerinduan itu, saya rasanya bener-bener kangen banget sama Almarhum Ayah, ibu yang di rumah, si bocil keponakan, sahabat-sahabat kuliah saya seperti Eres, Tiya, dan Azkar. 

Kangen juga dengan beberapa mantan rekan kerja sekantor seperti Tintin dan Elga, juga dengan Mas Wahid yang masih satu kantor, dan bahkan kangen dengan mantan pacar yang baru putus satu tahun ini. 

Di satu malem itu, setelah seharian saya lalui dengan rutinitas seperti biasanya dan perasaan lempeng kayak nggak berasa apa-apa, tiba-tiba saya berubah jadi mellow waktu sampe di kosan. 

Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba dada saya jadi sesak karena kangen yang luar biasa dengan orang-orang yang saya sebutkan di atas tadi. Bener-bener sesak sampe bikin saya menangis tanpa suara. 

Saya sendiri nggak paham kenapa tiba-tiba bisa kayak gini. Bener-bener nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada penyebab, tiba-tiba aja dada terasa sesak dan visual-visual tentang sosok yang saya kangenin itu kayak muter lagi di kepala saya. Sungguh, mungkin sulit untuk dideskripsikan kalo nggak mengalaminya sendiri. Karena sebelumnya saya kayak orang yang menjalani hari pada umumnya, yang terlihat baik-baik saja dan nggak ada masalah. Tiba-tiba malemnya bisa kayak gitu. 

Entah ini saya kena panic attack lagi atau bukan, tapi rasanya bener-bener mendadak seperti 'diserang' dengan perasaan kangen itu dan bikin saya lemes dan mellow maksimal. 

Kemudian saya coba nenangin diri sendiri dulu, mengatur napas yang juga tiba-tiba jadi berat dan kemudian tangis saya pecah begitu saja. Seperti bendungan yang sudah penuh dan temboknya pecah. Saya kangen dan rasanya ingin sekali untuk menyampaikan hal ini secara langsung ke mereka, saat itu juga.

Setelah tangisan saya mereda, saat itu saya memang sedang ngobrol dengan sahabat saya Eres melalui pesan WhatsApp. Kebetulan ada orang yang menemani, saya langsung mengungkapkan perasaan aneh saya malam itu.

Hingga akhirnya Eres pun mengimbau saya untuk ungkapkan saja perasaan itu ke orang-orang yang saya rindukan. Meskipun hanya lewat WhatsApp, setidaknya saya bisa melegakan hati karena sudah menyampaikan apa yang saya rasakan langsung ke orang yang bersangkutan.

Dan saya mengamini imbauan Eres, karena saya sendiri seperti punya dorongan untuk menyampaikan perasaan saya ke mereka semua itu. Entah kenapa, malam itu rasanya saya benar-benar perlu menyampaikannya dan merasa takut kalo saya tidak lagi punya kesempatan untuk jujur secara langsung tentang perasaan saya.

Aneh memang ya? Hehe.

***

Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya berani mengungkapkan perasaan saya secara langsung ke teman-teman saya bahkan mantan. Saya memang bukan tipe orang yang gampang ngungkapin hal-hal kayak gitu. Pasalnya, saya lebih suka menunjukkan perasaan atau kepedulian saya melalui tindakan, bukan kata-kata. 

Malam itu, saya WhatsApp semua orang yang saya rindukan, dimulai dari Eres, Ibu, Tiya, Azkar, Tintin, Elga, dan terakhir mantan saya.

Kebetulan hubungan saya dan mantan pacar yang terakhir ini memang berteman baik hingga sekarang dan beberapa kali masih saling tanya kabar dan juga terkadang masih ngobrol-ngobrol dan saling cerita, jadi saya juga nggak merasa masalah kalo bilang kangen ke dia. Toh, saya cuma kangen, bukan minta balikan. Ehe.

Khusus sama Mas Wahid, saya menyampaikannya secara langsung karena masih kerap ketemu dan almarhum Ayah, saya hanya bisa menyampaikannya melalui doa dan ucapan yang saya arahkan ke semesta. 

Tapi, memang karena saya manusia yang jarang mengungkapkan perasaannya secara langsung, ketika saya kirim pesan itu ke teman-teman saya ini, semua reaksinya ternyata pada bangke semua. Mereka tampaknya terkejut dengan saya yang tiba-tiba bilang kangen ke mereka. Hahaha.

Reaksi yang paling kalem cuma Eres yang emang udah tahu kalo saya lagi kangen sama banyak orang, ibu saya, Tintin, dan juga si mantan. Ehe.

Kayak gini nih reaksi orang-orang yang saya kangenin. Hihi:


Reaksi normal dari Eres

Reaksi saya dicurigai. Hiks.

Reaksi kalem Ibunda yang udah tidur waktu saya nge-WhatsApp

Emang, saya kalo nyariin Azkar itu selalu waktu patah hati. Jadi reaksinya gini. :')

Reaksi sama-sama saling terkejut. wkwk.


Tintin, umi-umi yang emang selalu kalem mengingat faktor usianya.


Sungguh jawaban yang tegas ya dari si mas. Hmm.

Setelah confess saya kangen sama semua makhluk itu, saya jadi menyadari beberapa hal.

Pertama, saya baru sadar ternyata memang sejarang itu saya mengungkapkan perasaan saya ke orang-orang terdekat saya. Boro-boro bilang sayang, bilang kangen ke temen aja saya kayaknya jarang banget, biasanya saya bakal bilang kalo ada temen yang ngaku kangen duluan sama saya.

Jadi nggak heran kalo saya dapet reaksi yang sebenernya saya juga kaget. Ya gimana, ada yang bilang kangen malah pada curiga ye kan. Hehehe.

Selain itu, memang saya orangnya introvert plus antisosial sih. Saya manusia yang jarang dan tidak suka basa-basi dan juga bersosialiasi. Saya nyaman dengan segala kesendirian saya selama ini.

Kedua, menyatakan perasaan ternyata nggak semenakutkan yang dipikir. Karena memang selama ini yang paling kerap membuat kita takut adalah mendapatkan jawaban yang tidak sesuai ekspektasi kita. Tapi, nyatanya setelah saya mencoba dan dapet banyak jawaban yang nggak sesuai harapan saya, saya tetap merasa senang bisa mengungkapkannya dan terlebih, seperti ada beban yang lepas di pundak saya.

Ternyata, mengungkapkan perasaan nggak melulu soal jawaban apa yang kita dapet, tapi bagaimana kita melepaskan perasaan yang kita pendam selama ini dan betapa nikmatnya rasa itu setelah kita berhasil melepaskan semuanya dan mendarat ke orang yang memang kita tuju.

Masalah jawaban yang kita dapet, memang sebenarnya tidak pernah bisa kontrol karena itu menyangkut perasaan orang lain juga. Setidaknya, dengan mengungkapkan perasaan, saya bisa menyelesaikan apa yang saya rasa perlu selesaikan.

Ketiga, setelah satu tahun ini saya menjalani hidup seperti zombie yang hidup segan mati tak mau karena drama kehidupan yang saya lewati, ternyata kondisi saya saat ini memang belum bisa dikatakan healing secara utuh.

Perasaan kangen yang sampe bikin dada saya sesak ternyata sebenarnya adalah komponen-komponen dalam hidup yang sempat saya abaikan dan tumpuk begitu saja saat saya merasa tidak punya tujuan hidup lagi setelah patah hati terburuk tahun lalu itu.

Saya yang awalnya ngerasa udah mati rasa dengan apapun yang ada di hidup ini, menyadari bahwa saya masih bisa merindukan orang-orang terdekat saya, saya masih membutuhkan mereka, saya masih punya rasa sayang untuk mereka semua.

Ternyata, semuanya terpendam begitu saja karena saya kalah dengan kepahitan dan rasa sakit dari luka saya yang belum 100% sembuh. Ternyata, saya bukan orang yang kuat untuk terlihat baik-baik saja di saat hidup saya kacau dan berantakan. Saya nggak kuat memendam rasa yang hanya saya tumpuk sedemikian rupa.

Setelah hampir setahun lebih menarik diri dari kehidupan normal manusia-manusia pada umumnya, akhirnya saya benar-benar meledak malam itu. Ternyata, selama ini saya menyimpan bom waktu di dalam diri saya sendiri ini.

Semuanya terasa sedikit lebih ringan ketika saya bisa melepas beban dan menyampaikan apa yang saya rasa ke orang-orang yang memang saya sayangi.

Semuanya kebongkar dan terjadi karena dipicu lagu 'Better Man' doang. Emang hidup saya sebenernya sereceh itu. :)))

***
Malam itu, semesta kembali mengajari saya banyak hal lagi. 

Semesta mengajari saya untuk bisa jujur dengan diri sendiri terutama soal kondisi dan perasaan, jujur dengan orang lain.

Mengajari saya untuk lebih peka dan menyayangi diri sendiri lagi agar tidak menumpuk toxic untuk diri sendiri. 

Dan yang paling penting saya harus terus bisa menerima diri saya sendiri dengan segala ketidaksempurnaannya dan mengakui bahwa diri ini hanya manusia biasa yang bisa rapuh dan kuat kapan saja. Mengakui dan menerima bahwa kondisi saya saat ini memang sedang tidak baik-baik saja dan masih dalam tahap penyembuhan yang mungkin memang membutuhkan proses yang lama.

Semesta juga mengajari saya untuk tidak terlalu fokus dengan luka dan rasa sakit yang saya rasakan setelah patah hati ini. Menyentil saya, bahwa sebenarnya masih ada banyak hal baik yang seharusnya saya pikirkan. Masih ada perasaan di sisi lain kesedihan saya yang seharusnya saya perhatikan.

Yap, saya kembali belajar perihal berdamai dengan diri sendiri, menerima, melepaskan dan serta mengikhlaskan.

Kembali lagi bahwa saya harus membiarkan semesta bekerja untuk hidup saya saat ini.

***

Dan kebetulan saya menulis hal seperti ini lagi, ada sedikit pesan teruntuk manusia tidak tahu diri yang beberapa waktu lalu menelepon saya di pagi buta hanya untuk menuduh saya secara halus, entah membaca atau tidak,

Tolong camkan ini baik-baik, bahwa saya sudah tidak ada urusan apapun denganmu lagi, saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk pergi sejauh mungkin dari kehidupanmu. Maaf-maaf saja ya, bukan level saya yang sampe ngelabrak-ngelabrak pacar orang melalui media sosial. Energi saya terlalu berharga cuma buat kirim kebencian ke orang lain. Pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali lagi. Karena rasa benci dan marah saya ke kamu yang selama ini saya coba redam dan hilangkan kembali lagi karena kelakuanmu kemarin itu.

Iya, saya benci kamu, sangat benci dan amarah ini muncul lagi. Terima kasih banyak, kamu memang manusia yang berguna untuk menghancurkan hidup orang lain.

Anggap saja kita tidak pernah kenal dan berteman sama sekali. Kebencian dan amarah ini biar jadi urusan saya dan Tuhan, kamu tenang saja, pasti ada masanya saya akan melupakan dan melepaskan itu semua. Namun memang tidak sekarang. Luka yang kamu timbulkan rasa sakitnya masih sangat jelas terasa.

Sudah, kamu berbahagialah saja dengan kekasihmu itu, tolong jangan bohongi dan sakiti dia lagi setelah ini. Yang dia tahu selama ini kamu adalah yang terbaik baginya.

Walaupun pada kenyataannya tidak. :))))




Solo, 22 September 2019.
-NBRP-

Komentar

  1. Udah adem bacanya karena udah mau berdamai, eh malah ditutup dengan satu paragraf berisi kebenciaan. Saya kan jadi senang bacanya. HAHAHAHA

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik, maka gue juga akan menanggapinya dengan baik. Terima kasih sudah membaca postingan gue dan blogwalking di sini. Terima kasih juga sudah berkomentar. Have a great day, guys! Godblessya!

Postingan Populer