Perjalanan Bertemu dengan Sang Pencipta Mantra-Mantra

Mas Kun! -  Cr: Dok. Pribadi 

Awalnya, saya nggak berniat menulis pengalaman ini di blog. Awalnya, saya ngerasa cerita ini cukup saya aja yang tahu dan disimpen sendiri sebagai kenangan manis.

Ini cuma cerita sederhana gimana saya bisa ketemu untuk mengucapkan terima kasih ke Kunto Aji untuk album 'Mantra-Mantra'-nya yang memengaruhi hidup saya.

Tapi memang, cerita ini cukup personal buat saya dan sudah lama nggak menulis urusan pribadi di blog ini. Tulisan ini mungkin juga akan menjadi panjang dan membosankan sih.

Tapi, tak ada salahnya berbagi cerita juga, maka dari itu saya memberanikan diri untuk menuliskannya, terlepas apapun itu tanggapan orang nantinya. Saya hanya ingin berbagi.

Dibilang lebay dan banyak drama...

YHA BODO AMAT YHA~~~~




Teman-teman dekat yang mengenal saya sempat bertanya mengapa akhir-akhir ini saya lebih sering membahas Kunto Aji, padahal mereka tahu saya adalah fans garis kerasnya Tulus. 

Semacam kaget gitu tiba-tiba saya berpaling dari Tulus. 

Padahal mah, sampe sekarang pun saya masih tetep jadi bucinnya Tulus, cuma saat ini ada penyanyi lain yang perannya sama kayak Tulus, yang bisa menyentuh hati bahkan memengaruhi hidup saya melalui karya-karyanya. 

Semuanya itu bermula waktu pertama kali saya mendengarkan semua lagu di album keduanya Kunto Aji yang bertajuk 'Mantra-Mantra' ini. 

Saya inget banget pertama kali mendengarnya itu beberapa jam setelah 'Mantra-Mantra' dirilis di seluruh platform musik digital sekitar bulan September 2018. 

Awalnya saya cuma iseng mau dengerin kayak gimana sih album barunya Kunto Aji nih, mengingat saat itu beberapa musisi yang ada di playlist saya yang juga sudah dan bersiap meluncurkan karya baru, baik single maupun album. 

Seperti Tulus yang merilis single 'Labirin' pada akhir Agustus, kemudian disusul single 'Guna Manusia' milik Barasuara, dan album 'Merakit' milik Yura Yunita di bulan September. 

Inget banget, saya mendengarkan album 'Mantra-Mantra' ini saat sedang di kantor. Saya mengerjakan pekerjaan saya sambil mendengarkan sembilan lagu baru karya Kunto Aji ini. 

Begitu mendengarkan lagu pertamanya yang berjudul 'Sulung', saya yang awalnya fokus kerja tiba-tiba terdistraksi dengan liriknya. Durasi lagunya pendek, tapi kayak langsung bisa membuat saya terdiam menghentikan pekerjaan saya, kalo orang Jawa bilangnya, lagu ini bikin 'mak dheg' waktu didengarkan. 

Saya terhentak dengan liriknya, seperti disentil dan sekaligus diingatkan pada sesuatu yang belum bisa saya relakan saat itu. Saya terdiam, menunduk, dan mendengarkan lagu ini tanpa melakukan apa-apa. The song hit me so bad, God damn it. 

"Cukupkanlah ikatanmu, relakanlah yang tak seharusnya untukmu. Cukupkanlah ikatanmu, yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri" 

Berlanjut ke lagu berikutnya, 'Rancang Rencana' serta 'Pilu Membiru' yang juga sama bagusnya dan berhasil membuat mood saya siang itu mendadak jadi mellow parah, saya terbawa suasana dengan tiga lagu awal di album 'Mantra-Mantra' ini. Serta 'Topik Semalam' yang mungkin lebih relevan untuk kaum pria. 

Dan kemudian, tanpa sadar tangis saya pecah waktu dengerin 'Rehat'.

Saat itu saya benar-benar menghentikan pekerjaan saya dan memutuskan untuk mendengarkan semua lagunya sampai selesai sambil berusaha keras menyeka air mata agar tidak ada rekan kerja lainnya yang ngeliat.

Berlanjut ke 'Jakarta Jakarta', 'Konon Katanya', 'Saudade' dan berakhir di 'Bungsu' yang hampir sama dengan lagu 'Sulung' bedanya hanya ada penambahan lirik di dalamnya aja. 

Semua lagu sudah saya dengarkan dan saya break down di kantor karena album ini. Untuk pertama kalinya saya break down lagi setelah beberapa bulan sebelumnya saya melewati masa-masa sulit saya. 

Saat itu, buru-buru saya ke toilet dan menangis sepuas saya. Saat itu, rasanya semua beban yang selama ini saya pendam keluar begitu aja. Sumpah, saya menangis sejadi-jadinya sampe bener-bener lega. 

Selepas menangis di toilet dan kembali ke ruang kerja, saya merasa kayak orang yang abis dikuliti, saya bengong agak lama, rasanya semua hal yang saya simpan dan sembunyikan mati-matian seperti dibongkar oleh album 'Mantra-Mantra' ini. Membuat saya mengingat kembali dengan masa sulit yang sebelumnya mati-matian saya lewati. 

Akhirnya, saya pun memutuskan untuk mendengarkan seluruh lagu di album ini sekali lagi dan membiarkan diri saya larut bersamanya. Terlepas dari itu semua, saat itu saya juga merasa ada yang menemani di samping, seolah turut membantu menenangkan dan juga memeluk saya. 

SIALAN INI ALBUM 'MANTRA-MANTRA' :')))))

Saya yang selama ini terlihat tangguh dan kuat, langsung rapuh dan ambyar gara-gara semua lagu di album ini. 

Album ini seperti mengupas sisi lain saya, menunjukkan bahwa memang saya sebenarnya sedang tidak baik-baik saja saat menjalani hidup sekarang ini. 

Tahun 2018 adalah tahun terberat saya, tahun di mana saya berada di titik paling rendah sepanjang 25 tahun saya bernapas di dunia ini. Tahun di mana saya kehilangan diri sendiri dan seperti enggan melanjutkan hidup. 

Awal tahun 2018, saya putus dari mantan pacar, ditinggal pergi saat saya sedang sayang-sayangnya dengan dia, patah hati terkacau yang pernah saya rasakan selama menjalani hubungan dengan seseorang.

Pertengahan tahun 2018, banyak sahabat, orang-orang terdekat saya yang pergi meninggalkan saya sendirian yang sedang berusaha move on dan di saat saya sangat membutuhkan dukungan mereka. 

Dan juga memikirkan orang tua yang tinggal sendirian di rumah tanpa ada yang menemani, merasa egois karena saya meninggalkan beliau demi mengejar mimpi saya. 

Ditambah pekerjaan yang berulang kali membuat saya hampir menyerah dengan keadaan dan segala sesuatunya.

Lalu bertemu album 'Mantra-Mantra' di bulan September 2018, setidaknya ada hal yang membuat saya tetap bertahan dengan segala kegilaan yang saya terima tahun lalu. Saya merasa ditemani Kunto Aji untuk melalui sisa-sisa hari di tahun 2018. Semua lagunya seolah-olah menjadi obat bagi jiwa dan tubuh saya yang teramat sangat lelah saat itu.

Hingga saya mengklaim, album 'Mantra-Mantra' adalah obat bagi saya dan menjadi pendorong untuk bangkit dari segala keterpurukan saya, album 'Mantra-Mantra' membuat saya mau menjalani penyembuhan diri sendiri. Album 'Mantra-Mantra' membuat saya tetap bertahan hidup dan memiliki alasan untuk terus berjuang menjalani hari-hari yang brengsek. Album 'Mantra-Mantra' adalah penolong saya. Setiap hari, setiap saat saya mendengarkan album ini dan tidak pernah bosan, yang ada saya lebih merasa tenang tiap kali lagu-lagu ini terdengar.

Hingga saat itu, saya merasa berutang budi dengan Kunto Aji dan ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang teramat dalam karena sudah menciptakan karya yang sebegitu indah dan menolongnya ini bagi semua orang yang mendengarnya. 

September 2018, saya bertekad untuk bisa berjumpa dengan Kunto Aji untuk bisa berterima kasih secara langsung.  Saya bertekad ingin menonton aksi panggungnya juga. Bahkan tekad itu saya tulis sebagai bucket list dan juga saya tulis di beberapa media sosial saya. 




Pelan-pelan saya mulai bangkit dan mau menyembuhkan diri. Setiap hari ditemani album ini sampai saya benar-benar mulai merasa bisa kuat lagi.

Hingga akhirnya saya bisa mengucapkan terima kasih untuk pertama kalinya walaupun baru cuma melalui voice note WhatsApp. Saat itu ada teman saya yang memang memiliki nomor pribadi Kunto Aji untuk kepentingan liputan. Melihat kesempatan itu, saya izin untuk menyampaikan rasa terima kasih saya ke Mas Kunto Aji dan ternyata direspons baik membuat saya terharu lagi dan memantapkan tekad saya untuk bisa nonton gigs-nya dia dan syukur-syukur bisa ketemu juga.



Tapi di akhir tahun 2018, lagi-lagi saya dikasih ujian lagi dari semesta. Saya yang sedang dalam proses penyembuhan, kembali dikecewakan dan yang membuat saya kembali amat sangat terpukul adalah, hal itu dilakukan oleh orang yang sudah saya anggap sahabat bahkan kakak sendiri, orang yang saya sayangi juga.

Saya dikecewakan lagi, kepercayaan dan kebaikan yang saya berikan disalah gunakan, hati saya dipatahkan lagi sepatah-patahnya, luka yang kemarin belum kering, menjadi basah lagi dan bahkan lebih menyakitkan dan perih. Yang kemudian membuat saya menjadi lebih insecure, takut, cemas, menyalahkan diri sendiri dan trauma yang campur aduk menjadi perasaan yang luar biasa nggak nyaman dirasakan. Saya terpuruk lagi. Berkali-kali dalam satu tahun.

Awal tahun 2019 hingga kini, saya sebisa mungkin menjalani hari-hari dengan baik, meski trauma setiap kali mengingat sosoknya masih kerap menghantui, meski masih kerap menangis sendirian kalo mengingat semuanya yang udah terjadi, insomnia yang makin parah sejak awal tahun 2018 hingga sekarang, bahkan bisa tidak tidur sama sekali, dan rasa hampa menjalani rutinitas sehari-hari yang ada. Kayak udah nggak ada tujuan lagi, hidup ya sekadar hidup aja.

Saya sendiri juga nggak menyangka dampak yang luar biasa dari rasa disakiti oleh orang yang lu sayang bisa sebesar atau bahkan bisa dinilai selebay ini.

Yang membuat saya tetap bertahan melawan rasa sakit dan luka cuma keluarga, saya hanya tidak mau mati sia-sia mengingat betapa sulitnya perjuangan keluarga membesarkan saya sampai di titik ini. Saya tidak mau mengecewakan mereka. Di sisi lain saya juga berusaha untuk bisa memaafkan, mengikhlaskan dan melupakan orang ini walaupun masih sulit banget dilakukan. Maka dari itu saya bertahan dan mencoba pasrah dengan apa yang Tuhan mau di kehidupan saya.

"Terserah deh Tuhan mau ngapain di hidup saya abis ini, saya udah capek sama semuanya," 


Sekarang saya menjalani hidup sendirian, tentunya tetap ada dukungan dari keluarga dan sahabat-sahabat yang masih ada untuk saya. Dan saat-saat seperti ini, album 'Mantra-Mantra' nggak pernah absen menemani saya di mana saja. Album 'Mantra-Mantra' masih menjadi obat yang mujarab untuk saya tiap kali butuh menenangkan diri.

Hingga akhirnya datanglah kesempatan saya untuk bisa bertemu Mas Kun setelah sekian waktu menunggu. Akhirnya dia ada jadwal gigs di Solo. Saya mempersiapkan diri satu bulan sebelum gigs itu digelar. Sebagai tanda terima kasih dan apresiasi, saya juga mempersiapkan kado kecil untuk Mas Kun. Nggak seberapa sih, tapi semoga dia suka dengan apa yang saya kasih.

Beberapa hari sebelum gigs-nya, saya memberanikan diri untuk mengirimkan DM ke Mas Kun, bilang kalo mau izin ketemu sama doi boleh apa enggak. Waktu itu asli deg-degan sih pas mau kirim DM ke dia, takut nggak dibales, takut DM-nya tenggelam dan lain-lain. Tapi yasudah, nothing to lose aja, kalo rezeki nggak ke mana, ya kan.

Dan ternyata DM saya dibales dengan jarak waktu yang nggak lama dong dari pertama saya kirim DM-nya. Bener-bener cepet, kayak abis kirim message ke gebetan, balesnya cepet. Saya terharu.

Tambah terharu lagi ketika responsnya Mas Kun super duper baik ke saya. Saya yang bertanya bisa ketemu atau tidak dijawabnya bisa dan langsung dikasih nomor asisten pribadinya untuk saya hubungi dan janjian gimana ketemunya pas gigs besok itu. Saya seneng bukan main. DM-nya saya baca berkali-kali, kayak berasa mimpi dibales gitu, ini beneran Kunto Aji kan yang bales? Heuheu.





Segera saya menghubungi Mas Donny, asisten pribadinya Mas Kun. Dan yang bikin saya semakin bersemangat adalah, respons dari Mas Donny yang juga luar biasa baik dan ramah banget sama saya. WhatsApp saya dibales dengan baik, sempat takut juga kalo dapet asisten artis yang judes, karena beberapa kali pengalaman untuk liputan, ada beberapa manajer atau asisten artis yang galak dan tegasnya buset bikin merinding. Tapi Mas Donny enggak, padahal saya minta ketemuan yang kalo dipikir bukan hal penting buat mereka kan.

Mas Donny ramah banget dan menjanjikan saya untuk bisa ketemu sama Mas Kun dan akan ngabarin saya duluan kalo udah siap ketemu bareng. Saya udah kayak WhatsApp-an sama temen sendiri, terharu banget sih, asli.



* * * *

Hari H, Sabtu 29 Juni 2019


Hari itu, saya masih harus bekerja dulu di kantor, mendampingi manajer dan teman-teman baru saya yang sedang pelatihan jurnalistik. Bolak-balik saya ngecek HP, nungguin kabar dari Mas Donny sambil ketar-ketir kalo doi lupa ada orang yang pengin ketemu Mas Kun.


Lumayan nggak tenang itu sampe menjelang gigs di Solo dimulai. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, sekitar pukul 17.30 WIB, Mas Donny nge-WhatsApp saya beneran ngasih kabar gimana nanti mekanisme ketemuannya sama Mas Kun. Setelah WhatsApp-an, saya pun berangkat ke venue gigs, kebetulan bertugas meliput acara juga, jadi sekalian kerja dan nonton Mas Kun manggung deh.

Pukul 19.00 WIB Mas Kun naik panggung, sebelumnya Mas Donny pun juga sudah ngabarin lagi kalo saya harus siap di backstage sekitar pukul 20.00 WIB, tepat Mas Kun selesai nyanyi. Karena saya ngeliput dan punya free acess, jadi saya juga sudah di area backstage sejak pukul 18.00 WIB.

Akhirnya, untuk pertama kalinya saya nonton Mas Kun nyanyi secara langsung, akhirnya untuk pertama kalinya saya nonton 'Mantra-Mantra Live'.

Akhirnya ya - Cr: Dok. Pribadi

Peluk online - Cr: Dok Pribadi

Saat itu, saya menikmati nyanyian Mas Kun sambil bekerja, memotret dan meliput acara. Pas Mas Kun nyanyi, media cuma dibolehin motret dia selama tiga lagu awal aja. Saya paham, mungkin dia pengin penampilannya lebih intim dan nggak mengganggu penonton lainnya yang pengin menikmati kali ya.

Setelah jatah memotret dia habis, saya langsung ngedeprok di samping panggung untuk menikmati terapi 'Mantra-Mantra Live'-nya malam itu. Senang rasanya akhirnya bisa 'terapi' langsung sama Mas Kun bisa merasakan magisnya lagu-lagu Mas Kun juga.

Malam itu, tembok pertahanan saya jebol lagi, saya nggak kuat nahan tangis waktu Mas Kun nyanyi 'Sulung', 'Saudade', 'Pilu Membiru' dan 'Rehat'. Di hati rasanya nyeeesss banget bisa dengerin itu dinyanyiin langsung sama Mas Kun. Enak banget rasanya, menikmati semua sambil meremin mata kemudian netes gitu aja tangis saya. Damn, magic. 

Mas Kuuunn - Cr:Dok. Pribadi

Merapal mantra-mantra - Cr: Dok. Pribadi


Dan tepat pukul 20.00 WIB, Mas Kun sudah selesai nyanyi. Segera saya ngabarin Mas Donny kalo saya sudah ada di backstage. Tak lama Mas Donny pun menelepon saya untuk merapat ke tenda tempat Mas Kun dan kru istirahat. Mas Donny terlihat, langsung saya salami dan saya dipersilakan untuk masuk ke dalam tendanya Mas Kun. Wow, inilah saatnyaaaaaaaa!

Asli, saat itu saya grogi banget, deg-degan dan takut kalimat-kalimat yang sudah saya susun buyar semua. Rasanya sama persis kayak pas pertama kali ketemu Tulus in person. 

Akhirnya.....Mas Kun ada di depan saya persis, ketawa semringah dan ramah ketemu saya dan nyalamin saya. Dan ya, bener aja, semua kalimat yang sudah saya susun selama satu bulan sebelumnya buyar, hilang semua entah ke mana.

Mendadak saya jadi speechless gara-gara tingkah Mas Kun yang senyam-senyum terus sambil tampaknya memberi saya kesempatan untuk berbicara dengannya, dia membiarkan saya mencoba untuk menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan. Akhirnya, kalimat yang saya ucapkan bener-bener berantakan parah, cuma bisa terima kasih, terima kasih, terima kasih doang.


Terima kasih untuk Kak Chivil yang udah mengabadikan ini! - Cr: Dok. Pribadi

Sebenernya banyak yang ingin saya sampaikan ke Mas Kun, tapi yang keluar dari mulut cuma kata terima kasih untuk albumnya aja. Pengin cerita-cerita juga, tapi karena suasana backstage yang berisik ditambah Mas Kun yang konsisten senyam-senyum terus dari awal ngobrol bikin saya nggak bisa ngucapin itu semua. 

Yah, setidaknya saya udah bisa mengucapkan terima kasih secara langsung untuk album 'Mantra-Mantra' dan juga ngasih doi hadiah yang nggak seberapa nilainya. Seenggaknya keinginan saya juga tercapai, mewujudkan tekad yang udah saya tulis sendiri beberapa bulan yang lalu. 

Setelah ngobrol-ngobrol dikit dan hendak pulang, tentunya saya menyempatkan diri buat foto bareng sama Mas Kun dong, maafin saya yang emang suka ndusel-ndusel kalo foto. Reflek sejak lahir. Heuheu. 

Selepas ketemu Mas Kun, hati ini rasanya plong, lega dan bahagia banget. Saya nggak berhenti senyam-senyum juga malem itu karena Mas Kun. Saya seneng, seneng banget. 

Kayak kakak adek ya. heuheu - Cr: Dok Pribadi

Beberapa hal yang nggak tersampaikan kemarin, saya tulis di sini aja ya. 

Terima kasih Mas Kun, sudah membantu Bulan untuk mewujudkan tekad ini untuk ketemu dan mengucapkan terima kasih langsung ke sampeyan. Terima kasih untuk keramahan dan kesempatannya.

Terima kasih untuk album 'Mantra-Mantra'-nya yang menjadi penopang saya untuk bertahan di hidup yang penuh kejutan ini, yang membuat saya perlahan bangkit dan mau sembuh total.

Terima kasih untuk 'Sulung' dan 'Bungsu', karena lagu ini, saya berani untuk pergi meninggalkan orang yang saya sayang tapi menyakiti saya di akhir tahun kemarin, terima kasih karena membuat saya bisa belajar menghargai dan menyayangi diri sendiri. 

Terima kasih untuk 'Rehat', karena lagu ini, awal tahun 2019 kemarin saya memberanikan diri untuk berobat ke tenaga profesional dan didiagnosis depresi, anxiety disorder, dan sempat panic attack yang nggak mau saya rasain lagi di masa depan. 

Karena 'Rehat' membuat saya tidak denial lagi dan sadar bahwa saya memang harus dealing and struggling with the depression, mengaku bahwa diri ini memang butuh bantuan dan sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. 'Rehat' make me feel, it's okay to not be okay. 

Saat ini saya sedang jalan perawatan dengan psikiater saya untuk penyembuhan dan masih perlu obat hanya demi bisa tidur di malam hari. Tanpa obat, saya masih belum bisa tidur dengan pola tidur yang semestinya dan pernah membuat saya terjaga selama 12 jam lebih dan masih harus bekerja di kantor. Doakan saya segera pulih dan kembali sehat, ya. 

Karena 'Rehat' juga bisa membantu saya menenangkan diri dan beristirahat sejenak dari upaya sembuh yang terkadang saya paksakan prosesnya. Padahal kata orang, sembuh itu butuh waktu dan nggak perlu buru-buru. Dengan adanya 'Rehat', saya bisa mengatur ritmenya dengan baik. 

Terima kasih untuk 'Saudade' yang membuat saya mengingat Ibu saya yang selalu siap menerima segala kondisi saya, yang selalu menjadi rumah saya untuk pulang. Dan 'Saudade' yang saya intrepretasikan untuk orang-orang yang pergi dari hidup saya, bahwa saya adalah tetap orang yang sama, yang selalu ada untuk mereka ketika mereka butuhkan. 

Terima kasih untuk 'Pilu Membiru' yang selalu menemani saya ketika saya merindukan orang yang yang saya sayangi tapi sudah lama tidak saling menyapa. 

Terima kasih untuk 'Rancang Rencana' yang mengajarkan saya untuk tetap menjadi sosok yang sama seperti yang teman-teman saya kenal. 

Begitu besar dampak album ini untuk kehidupan saya, maka nggak heran kalau saya memang seniat ini untuk bertemu dan berterima kasih langsung ke Mas Kun dan menuliskan cerita ini di blog.

Saya pernah dibilang lebay dan banyak drama, tak apa, saya paham, mungkin belum pernah merasakan apa yang saya rasakan dan saya berdoa supaya tidak mengalami apa yang terjadi pada saya. Belum tentu kuat juga buat menghadapinya, kok. Jawaban saya mengutip lirik lagu barunya Andhika 'Skinnyfabs' Wira, 

"If you think I'm such a happy person, no you are wrong
By saying my laughter is louder than yours, shut your freakin' mouth
No one knows what I feel and what I suffer, no they don't know
So keep your thoughts and stop assuming that someone is always fine"


Dan juga, bukan bermaksud mengeksploitasi kesedihan dan merasa diri ini paling menderita, saya hanya berusaha jujur dengan apa yang saya alami. Menuliskan ini semua juga bukan hal yang mudah untuk saya.

Sekali lagi terima kasih untuk album 'Mantra-Mantra' yang bahkan saat menulis ini saya juga sambil mendengarkannya. Terima kasih banyak Mas Kun, terima kasih banyak. 

Setelah ini, semoga saya bisa mendapatkan hidup yang lebih baik, semoga semesta berbaik hati dengan saya, dan juga semoga saya bisa nonton terapi 'Mantra-Mantra Live' lainnya lagi, semoga saya masih bisa ketemu Mas Kun, terutama kalo nanti ada konser tunggal, saya pastikan akan hadir dan menonton. 

Sampai ketemu di kesempatan dan terapi 'Mantra-Mantra Live' berikutnya, 

Salam,
Natalia Bulan R P
Surakarta, 12 Juli 2019, 00.54 WIB.


Sampai ketemu lagi, Mas Kun - Cr: Dok. Pribadi

Komentar

  1. Halo halo, wah keren nih ceritanya, saya sendiri suka Kunto Aji, apalagi yang Jakarta.
    Salam kenal yah, kawan.

    BalasHapus
  2. Saya juga sempat terhipnotis sama album Mantra-mantra ini, apalagi lagu Rehat yang setau saya sufmdsh banyak 'membantu' banyak orang. Terima kasih juga dari saya kepada Kunto Aji.

    BalasHapus
  3. Halo, Bulan..

    Sebutlah saya juga Teman Tulus yang teramat suka dengan karya Tulus, tapi nggak menutup telinga juga untuk menyukai karya Kunto Aji, terutama Mantra-mantra. Luar biasanya saya setuju sekali dengan semua opinimu tentang lagu ini, karena sesederhana saya juga merasakannya. Hehe

    Dari pertama kali baca judul postingan ini, sebelum membaca paragraf pertama, langsung kuputar dulu albumnya.

    BalasHapus
  4. saya lebih suka tulus.. tpi kunto aji ya boleh juga lah.. :)

    BalasHapus
  5. Bulan, aku membaca penuh tulisanmu dengan harapan kamu telah lebih baik dari kemarin dan lusa. Apapun media healing yang kamu sukai, kuharap itu berhasil dengan sangat baik, ya. Dan tak lupa, selamat karena telah bertemu Mas Kun sesuai harapanmu. Semesta merestuinya. Jadikan itu penambah semangat dan pengingat bahwa kami istimewa.

    BalasHapus
  6. Hello Kak Bulan,
    Ketika baca kalimat " saya ngerasa cerita ini cukup saya aja yang tahu dan disimpen sendiri sebagai kenangan manis" aku langsung say no karena jenis tulisan seperti Kak Bulan inilah yang kucari dan selalu kunanti di internet apalagi jaman sekarang hehehe. Tulisan2 personal Ka Bulan itu hidup soalnya, dari pas Denny Sumargo, Tulus, sekarang Kunto Aji. Kalau kata beberapa orang sih kaya "buat apa sih". Namun membaca tulisan-tulisan Ka Bulan aku jadi merasa nggak sendiri karena aku sendiri suka dateng ke gigsnya Danilla atau Pamungkas nanti.

    Kalau di album mantra aku suka yang Sulung, namun sekarang lebih menikmati yang Saudade. Aku lupa terakhir kali kapan nangis dengerin lagu, tapi seingatku yang Banda Neira "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti"

    BalasHapus
  7. Mbak bulannnn.. aku gak nyangka kamu menduakan tulus setelah sekian blog mu kubaca tentang setianya kamu pada tulus. Wkwkwkwk.. aku gak nyangka ngeliat foto2 mbak sama kunto aji, aw..aw..aw.. so sweet moment..

    BalasHapus
  8. Aku bukan penggar Tulus dan Kunto tapi baca artikel mba Bulan tuh suka berasa dekat dengan mereka,

    BalasHapus
  9. KAK BULAAAAAN FIX AKU IRI BANGET. IRI IRI IRI. Mas kunto aji ini emang bantu aku melewati hari. Merelakan :""""""(. Kapan aku ketemu mas kunto ajiii

    BalasHapus
  10. Enggak lebay, kok. Setidaknya itu menurutku, yang sama-sama Sagitarius. Heheh.
    Selamat ya Mbak udah bisa ketemu Mas Kun. Semoga kenangan ketemu itu bisa selalu buat bahagia, bisa bikin bangkit. Ayo terus semangat jalani hari-hari. Karena ternyata, Tuhan selalu kasih orang-orang baik untuk menemani hidup kita. Seperti Mas Kun :)

    *eh maap sok banget sih kasih wejangan :(

    BalasHapus

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik, maka gue juga akan menanggapinya dengan baik. Terima kasih sudah membaca postingan gue dan blogwalking di sini. Terima kasih juga sudah berkomentar. Have a great day, guys! Godblessya!

Postingan Populer