Terima Kasih Gunung Andong!
Beberapa waktu yang lalu, gue
udah sedikit cerita kalo keadaan hati gue lagi nggak bagus. Dan di postingan
itu juga gue udah cerita kalo gue punya cara sendiri untuk ‘menyelamatkan’ diri
dari kontroversi hati yang sedang terjadi *elah*. Tapi di postingan itu gue
lupa mencantumkan beberapa cara lain yang biasanya gue lakukan. Berdoa,
berolahraga, dan berlibur adalah cara-cara gue lainnya yang biasa gue lakukan
selain cara-cara yang udah gue sebutkan di postingan sebelumnya.
‘Menyelamatkan’ diri
yang gue maksudkan di sini adalah, cara-cara gue untuk menyembuhkan diri gue
sendiri. Bukan, gue bukan sakit fisik, tapi hati gue yang sakit *najis banget
bahasanya* tapi emang begitulah adanya *pret!*. Gue ini termasuk orang yang
selalu butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka di hati, maka dari itu gue
punya cara-cara sendiri buat menyembuhkan luka itu dan cara-cara yang gue punya
itu memang mujarab banget sih, inti dari cara-cara gue itu ya cuma 5, menjauh
dari pembuat luka, menenangkan diri sendiri, berdamai dengan hati, menerima
semuanya dan pada akhirnya melupakan segalanya dan akhirnya gue sembuh deh.
Mihihi.
Dari cara-cara yang
udah gue share di blog, udah semuanya
gue lakukan, dari yang tiap hari nonton film, baca buku sih lagi jarang,
penggantinya gue banyak baca artikel-artikel di internet, tiap waktu juga nulis
dan main games, tiap jam dengerin
lagu, tiap malem berdoa sampe nangis-nangis bombay gara-gara ngeluarin semua
unek-unek dan kesedihan, dan tiap 2 kali seminggu gue banyak-banyakin olah
raga, entah itu jogging atau work out di rumah. Semuanya udah gue
lakuin buat menghilangkan segala kesedihan, menjauhkan diri dari kekecewaan,
mengalihkan kegalauan dengan kegiatan bermanfaat, membuang waktu biar nggak
mikirin dia. Tapi waktu itu gue emang belom ngelakuin cara gue yang terakhir
yaitu berlibur, dan kebetulan banget waktu itu hati dan pikiran gue emang udah
tenang, tapi kebencian tetep tinggal di hati gue. Gue manusia yang berprinsip
untuk tidak membenci orang lain, nggak suka sih nggak apa-apa, asal jangan
sampe membenci. Karena kebencian itu penyakit hati, hidup nggak bakal tenang
kalo membenci orang lain. Untungnya, sebelum hati gue porak poranda, gue udah
merencanakan liburan ke sebuah tempat bareng 2 sahabat gue, Eres dan Tiya.
Setelah beberapa minggu yang lalu kami berlibur dengan mendaki Bukit Sikunir,
kali ini mereka mengajak gue untuk mendaki Gunung Andong yang terletak di
Kabupaten Magelang. Gue mengiyakan ajakan mereka dan berharap liburan ini
menjadi salah satu penyembuh total hati gue ini.
Jadi tanggal 8-9 Mei
2015 yang lalu gue berkesempatan buat mendaki Gunung Andong. Personelnya agak
berubah, berbeda sedikit dengan yang ikut mendaki Bukit Sikunir beberapa minggu
yang lalu (ceritanya bisa baca di sini). Kali ini yang ikut ke Gunung Andong adalah, gue, Eres, Tiya, Acil
yang sebenernya waktu mendaki Bukit Sikunir mau ikut tapi batal gara-gara
mendadak demam, lalu ada Octav, dan Hanafi cowoknya Eres. Barang bawaan pribadi
gue ke Gunung Andong sama aja kok kayak ke Bukit Sikunir, kayak gini nih :
-
Baju ganti
-
Baju hangat (jaket, sweater, dll)
-
Penghangat tubuh tambahan (kupluk,
sarung tangan, syal, phasmina, dll)
-
Senter
-
Jas hujan
-
Snack
dan
makanan berat
-
Air mineral 1 liter
-
Perlengkapan mandi
-
Powerbank
Dan lagi-lagi Hanafi
juga harus menyewa beberapa barang atau perlengkapan camping untuk trip kita
kali ini yang juga mau menginap satu malam, seperti :
-
1 tenda
-
5 sleeping
bag
-
2 matras
-
2 headlamp
-
1
portable lamp
-
1 kompor portable
-
2 gas kompor portable
-
1 carrier
Gue pun lagi-lagi pake sleeping bag pribadi gue. Dan
dikarenakan di Gunung Andong ini kami mau masak, jadi bawaan pun bertambah lagi
seperti panci kecil dan alat makan, dan yang rela mau bawain rempong kayak
begitu ya Eres sama Hanafi, ya gimana kita yang lain mau bawa, kita aja lupa
kalo kita mau masak di puncak Gunung Andong, jadilah Eres dan Hanafi yang
bertugas membawa perlengkapan masak, ditambah bawa kopi, susu, dan beberapa
bungkus mie buat dimasak di atas puncak.
Eres dan Hanafi emang udah semacam orang tua kita, bawain semuanya yang perlu dibawa, kita anak-anaknya tinggal nurut-nurut aja sama mereka berdua. Huahaha.
Eres dan Hanafi emang udah semacam orang tua kita, bawain semuanya yang perlu dibawa, kita anak-anaknya tinggal nurut-nurut aja sama mereka berdua. Huahaha.
Hari Jumat, 8 Mei 2015,
seperti biasa sebelum berangkat ke tempat tujuan, kami berkumpul di rumahnya
Eres terlebih dulu buat saling mengecek barang-barang yang ada dan membagikan sleeping bag yang udah disewakan Hanafi.
Karena kali ini yang ikut lebih sedikit daripada trip ke Bukit Sikunir beberapa minggu yang lalu, jadinya kami nggak perlu berkumpul dulu di kampus buat menuju ke rumahnya Eres yang terletak di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Tiya dan Acil yang mengendarai kendaraannya sendiri memutuskan untuk langsung menuju ke rumahnya Eres.
Sedangkan gue menunggu dijemput Octav dulu baru kami menuju ke rumahnya Eres, sedangkan Hanafi selalu sudah stand by duluan di sana. Sekitar pukul setengah 11 lebih sedikit, Octav sudah datang menjemput gue di rumah dan tiba di rumah Eres sekitar pukul 11:00. Disusul dengan kedatangannya Tiya dan Acil 15 menit kemudian.
Kami pun berkumpul dan mulai mengecek barang kami masing-masing dan bersantai terlebih dahulu sebelum kami semua siap untuk berangkat. Karena jarak ke Gunung Andong lebih deket daripada ke Bukit Sikunir, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat agak sorean. Kalo ke Bukit Sikunir membutuhkan 4 jam perjalanan, ke Gunung Andong hanya membutuhkan 1,5 jam perjalanan aja.
Karena kali ini yang ikut lebih sedikit daripada trip ke Bukit Sikunir beberapa minggu yang lalu, jadinya kami nggak perlu berkumpul dulu di kampus buat menuju ke rumahnya Eres yang terletak di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Tiya dan Acil yang mengendarai kendaraannya sendiri memutuskan untuk langsung menuju ke rumahnya Eres.
Sedangkan gue menunggu dijemput Octav dulu baru kami menuju ke rumahnya Eres, sedangkan Hanafi selalu sudah stand by duluan di sana. Sekitar pukul setengah 11 lebih sedikit, Octav sudah datang menjemput gue di rumah dan tiba di rumah Eres sekitar pukul 11:00. Disusul dengan kedatangannya Tiya dan Acil 15 menit kemudian.
Kami pun berkumpul dan mulai mengecek barang kami masing-masing dan bersantai terlebih dahulu sebelum kami semua siap untuk berangkat. Karena jarak ke Gunung Andong lebih deket daripada ke Bukit Sikunir, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat agak sorean. Kalo ke Bukit Sikunir membutuhkan 4 jam perjalanan, ke Gunung Andong hanya membutuhkan 1,5 jam perjalanan aja.
Sekitar pukul 14:00,
semua aktivitas pribadi pun sudah selesai. Hanafi sudah ngambil barang-barang
sewaan dan sudah menunaikan sholat Jumatnya, kami berlima udah ngecek barang
masing-masing dan makan siang yang disediakan oleh Mamanya Eres (thank you tante!), lalu Hanafi dan Eres
yang udah saling menata barang-barang di carrier-nya
masing-masing, akhirnya kami pun siap berangkat walaupun waktu itu ada musibah,
Hanafi kehilangan HP-nya.
Tapi rencana tetep harus berjalan, Hanafi udah nyariin HP-nya di mana-mana tapi tetep aja nggak ketemu dan akhirnya merelakan HP-nya ilang dan langsung ngajak kita berangkat.
Pukul 14:30 kami berenam baru benar-benar berangkat setelah semuanya siap dan merasa sudah nggak ada yang ketinggalan lagi, dengan formasi Hanafi boncengin Eres, Acil boncengin Tiya, dan Octav boncengin gue. Kami berenam siap berlibur! Wohooo!
Tapi rencana tetep harus berjalan, Hanafi udah nyariin HP-nya di mana-mana tapi tetep aja nggak ketemu dan akhirnya merelakan HP-nya ilang dan langsung ngajak kita berangkat.
Pukul 14:30 kami berenam baru benar-benar berangkat setelah semuanya siap dan merasa sudah nggak ada yang ketinggalan lagi, dengan formasi Hanafi boncengin Eres, Acil boncengin Tiya, dan Octav boncengin gue. Kami berenam siap berlibur! Wohooo!
Puji Tuhan selama
perjalanan dari Ungaran sampe Kopeng nggak ada kendala apapun, kami berenam
selamat sampai di tujuan kami sekitar pukul 16:00.
Sebelum kami melakukan pendakian, kami harus memarkirkan kendaraan kami dulu di Basecamp Taruna Jayagiri, mereka adalah pengelola lokasi pendakian Gunung Andong. Setelah memarkirkan motor, Hanafi pun langsung mendaftarkan rombongan kami di bagian administrasi dan harus membayar Rp.9000,-/2 orang untuk biaya parkir (Rp. 3000,-/motor) sekaligus biaya pengelolaan dan pemeliharaan lokasi pendakian (Rp.3000,-/orang.
Digabung jadi Rp.9000,- biar mudah membayar dan patungannya sama pasangan boncengan di motor. Heheu). Dan karena area parkirnya itu terbuka, gue, Eres, Tiya, Acil, dan Hanafi pun menitipkan helm-nya di penitipan helm untuk mengantisipasi biar nggak ilang atau kena hujan kalo semisal malemnya nanti hujan. Kalo Octav enggak mau nitipin sih, mungkin helm-nya kedap air dan kedap maling jadi santai-santai aja kalo helm-nya kenapa-kenapa.
Dan untung biaya penitipan helm, 1 helm ditarik biaya Rp.1000,- murah kan? Aman dijagain sama penduduk yang membuka jasa penitipan helm itu lagi.
Sebelum kami melakukan pendakian, kami harus memarkirkan kendaraan kami dulu di Basecamp Taruna Jayagiri, mereka adalah pengelola lokasi pendakian Gunung Andong. Setelah memarkirkan motor, Hanafi pun langsung mendaftarkan rombongan kami di bagian administrasi dan harus membayar Rp.9000,-/2 orang untuk biaya parkir (Rp. 3000,-/motor) sekaligus biaya pengelolaan dan pemeliharaan lokasi pendakian (Rp.3000,-/orang.
Digabung jadi Rp.9000,- biar mudah membayar dan patungannya sama pasangan boncengan di motor. Heheu). Dan karena area parkirnya itu terbuka, gue, Eres, Tiya, Acil, dan Hanafi pun menitipkan helm-nya di penitipan helm untuk mengantisipasi biar nggak ilang atau kena hujan kalo semisal malemnya nanti hujan. Kalo Octav enggak mau nitipin sih, mungkin helm-nya kedap air dan kedap maling jadi santai-santai aja kalo helm-nya kenapa-kenapa.
Dan untung biaya penitipan helm, 1 helm ditarik biaya Rp.1000,- murah kan? Aman dijagain sama penduduk yang membuka jasa penitipan helm itu lagi.
Nih wujud tiket pengelolaannya~ |
Sebelum melakukan
pendakian, kami pun menunaikan ibadah buang air kecil dulu bagi yang kebelet
termasuk gue.
Selain buang air kecil, kami meregangkan badan dulu abis lelah perjalanan dari Ungaran, walaupun emang nggak selelah perjalanan ke Dieng sih.
Tapi kali ini polanya memang beda, kalo Gunung Andong ini, kami harus mendaki sampe puncak dulu baru mendirikan tenda, kan beda sama Bukit Sikunir yang kami mendirikan tenda dulu baru dini harinya kami melakukan pendakian ke puncaknya. Maka dari itu badan kami harus benar-benar fit dulu baru siap melakukan pendakian yang katanya Hanafi Gunung Andong 2x lebih tinggi, 2x kali lebih jauh, 2x lebih susah daripada mendaki puncak Bukit Sikunir.
Setelah semuanya benar-benar siap, kami pun berdoa terlebih dahulu memohon keselamatan pada Tuhan Yang Maha Esa lalu mulai berjalan meninggalkan area parkir motor menuju ke lereng Gunung Andong yang sebelumnya harus melewati persawahan para penduduk setempat dulu.
Duh pemandangan di bawah gunung aja udah memanjakan banget, gaes. Apalagi kalo udah sampe puncak ya, gue jadi semangat banget buat cepet-cepet sampe ke puncaknya nih! :D
Selain buang air kecil, kami meregangkan badan dulu abis lelah perjalanan dari Ungaran, walaupun emang nggak selelah perjalanan ke Dieng sih.
Tapi kali ini polanya memang beda, kalo Gunung Andong ini, kami harus mendaki sampe puncak dulu baru mendirikan tenda, kan beda sama Bukit Sikunir yang kami mendirikan tenda dulu baru dini harinya kami melakukan pendakian ke puncaknya. Maka dari itu badan kami harus benar-benar fit dulu baru siap melakukan pendakian yang katanya Hanafi Gunung Andong 2x lebih tinggi, 2x kali lebih jauh, 2x lebih susah daripada mendaki puncak Bukit Sikunir.
Setelah semuanya benar-benar siap, kami pun berdoa terlebih dahulu memohon keselamatan pada Tuhan Yang Maha Esa lalu mulai berjalan meninggalkan area parkir motor menuju ke lereng Gunung Andong yang sebelumnya harus melewati persawahan para penduduk setempat dulu.
Duh pemandangan di bawah gunung aja udah memanjakan banget, gaes. Apalagi kalo udah sampe puncak ya, gue jadi semangat banget buat cepet-cepet sampe ke puncaknya nih! :D
Pukul 16:30 tepat kami
sampe di lereng Gunung Andong dan udah bener-bener melakukan pendakian. Eres
yang sudah pengalaman naik Gunung Andong, mengatakan pada kami, butuh waktu 1,5
jam untuk sampe puncak, itu buat yang sudah sering naik gunung ya, buat yang
pendaki amatir macam kami, butuh waktu 2 jam untuk mencapai puncak.
Apalagi rombongan ini bawa orang yang punya penyakit asma, yang tak lain dan tak bukan adalah gue. Huehehe. Tapi emang asli deh, buat pendaki amatir bin asma kayak gue gini, mendaki Gunung Andong jadi PR banget buat gue.
Track yang terus naik dan tingginya naudzubillah bikin gue kepayahan, cepet capek, asma gue cepet kambuh dan keringetan, waktu mendaki gue sampe nggak pake penghangat tubuh apapun lho, cuma pake kaos oblong dan celana pendek, ya karena mendakinya aja udah buang-buang tenaga, jadi dinginnya nggak berasa waktu itu.
Dan kalian tahu? baru 10 menit mendaki, gue udah kehabisan napas, napas gue nggak teratur, sesek nggak jelas, gampang capek, dan terus minta istirahat sama Eres.
Baru awal pendakian dan belum ada setengahnya gue udah berkali-kali minta istirahat dan berhenti, gue bener-bener kepayahan buat mendaki.
Sampe-sampe Eres nyuruh Hanafi buat mendaki terlebih dahulu untuk nyari tempat mendirikan tenda yang enak, takutnya kalo kami kelamaan mendaki dan nurutin gue yang minta istirahat terus, kami nggak mendapat tempat yang enak buat mendirikan tenda. Akhirnya Hanafi pun mendahului kami untuk mendaki sampe puncak.
Sebenernya gue udah bener-bener nggak enak sama temen-temen gue karena udah keseringan minta istirahat, minta berhenti, tapi apa daya napas gue emang pendek banget kalo urusan daki mendaki kayak begini, di antara temen-temen gue, emang gue yang paling lemah dan gampang capek mendaki.
Hayati sedih udah bikin temen-temen repot dan kesel, Hayati lemah, da aku mah apa atuh. Hiks. Karena keseringan istirahat itu gue sempet pengen nyerah buat mendaki, tapi nginget lagi tujuan gue apaan buat ke Gunung Andong ini, awalnya gue memaki-maki dalam hati “gue benci gunung! Besok-besok gue ogah naik gunung lagi, nggak enak!” tapi akhirnya gue memilih buat mensugesti diri gue sendiri untuk tetep nguatin diri ngelanjutin pendakian, sayang banget kan kalo nggak dilanjutin? Heuheu.
Akhirnya, setelah gue mensugesti diri gue, gue ngeluarin gula jawa buat gue cemilin selama pendakian, gue selalu inget pesen kakak perempuan gue, kalo mau kuat mendaki ngemil gula jawa aja, karena gula jawa memberi kita energi tambahan.
Dan pada pendakian Gunung Andong itu juga, terbukti juga pesen kakak perempuan gue, abis cemilin gula jawa memang gue masih gampang capek, tapi nggak secepet sebelum gue cemilin gula jawa. Wow, amazin’ yah! Huehehe.
Apalagi rombongan ini bawa orang yang punya penyakit asma, yang tak lain dan tak bukan adalah gue. Huehehe. Tapi emang asli deh, buat pendaki amatir bin asma kayak gue gini, mendaki Gunung Andong jadi PR banget buat gue.
Track yang terus naik dan tingginya naudzubillah bikin gue kepayahan, cepet capek, asma gue cepet kambuh dan keringetan, waktu mendaki gue sampe nggak pake penghangat tubuh apapun lho, cuma pake kaos oblong dan celana pendek, ya karena mendakinya aja udah buang-buang tenaga, jadi dinginnya nggak berasa waktu itu.
Dan kalian tahu? baru 10 menit mendaki, gue udah kehabisan napas, napas gue nggak teratur, sesek nggak jelas, gampang capek, dan terus minta istirahat sama Eres.
Baru awal pendakian dan belum ada setengahnya gue udah berkali-kali minta istirahat dan berhenti, gue bener-bener kepayahan buat mendaki.
Sampe-sampe Eres nyuruh Hanafi buat mendaki terlebih dahulu untuk nyari tempat mendirikan tenda yang enak, takutnya kalo kami kelamaan mendaki dan nurutin gue yang minta istirahat terus, kami nggak mendapat tempat yang enak buat mendirikan tenda. Akhirnya Hanafi pun mendahului kami untuk mendaki sampe puncak.
Sebenernya gue udah bener-bener nggak enak sama temen-temen gue karena udah keseringan minta istirahat, minta berhenti, tapi apa daya napas gue emang pendek banget kalo urusan daki mendaki kayak begini, di antara temen-temen gue, emang gue yang paling lemah dan gampang capek mendaki.
Hayati sedih udah bikin temen-temen repot dan kesel, Hayati lemah, da aku mah apa atuh. Hiks. Karena keseringan istirahat itu gue sempet pengen nyerah buat mendaki, tapi nginget lagi tujuan gue apaan buat ke Gunung Andong ini, awalnya gue memaki-maki dalam hati “gue benci gunung! Besok-besok gue ogah naik gunung lagi, nggak enak!” tapi akhirnya gue memilih buat mensugesti diri gue sendiri untuk tetep nguatin diri ngelanjutin pendakian, sayang banget kan kalo nggak dilanjutin? Heuheu.
Akhirnya, setelah gue mensugesti diri gue, gue ngeluarin gula jawa buat gue cemilin selama pendakian, gue selalu inget pesen kakak perempuan gue, kalo mau kuat mendaki ngemil gula jawa aja, karena gula jawa memberi kita energi tambahan.
Dan pada pendakian Gunung Andong itu juga, terbukti juga pesen kakak perempuan gue, abis cemilin gula jawa memang gue masih gampang capek, tapi nggak secepet sebelum gue cemilin gula jawa. Wow, amazin’ yah! Huehehe.
Hayati lelah, mz. |
Naik-naik ke puncak gunung~ |
Puji Tuhan, setelah
separuh perjalanan, gue udah nggak gampang capek lagi, sesek di dada gue juga
udah ilang, gue udah bisa mengatur napas dengan baik.
Kayaknya efek gula jawa yang abis satu balok selama pendakian, sugesti diri sendiri, sekaligus badan gue yang udah bisa beradaptasi dengan aktivitas yang gue jalani saat itu juga.
Di awal perjalanan gue yang ngos-ngosan dan selalu nunduk waktu jalan, akhirnya bisa jalan biasa sambil menikmati pemandangan di sekitar dengan leluasa. Duh, pemandangannya bener-bener nyegerin mata, gaes.
Selama pendakian akan terus disuguhi pemandangan Gunung Merbabu yang ada di seberang Gunung Andong, bener-bener indah. Semakin tinggi posisi kami, pemandangannya semakin gokil, kami bisa melihat hamparan persawahan, rumah-rumah, dan lampu-lampunya dari dataran tinggi.
Bener-bener indaaaah banget pemandangannya, tapi sayang waktu itu hari udah semakin gelap menuju Maghrib jadi pemandangan nggak begitu keliatan jelas, tapi tetep deng bikin kami semua takjub sama apa yang kami indah. Tuhanku keren, gue selalu dibikin berdecak kagum ketika melihat pemandangan yang ada di depan gue.
Gue pun jadi semangat buat melanjutkan pendakian. Gue yang awalnya suram banget, akhirnya jadi bisa becanda sama temen-temen yang lain, sempet nyanyi-nyanyi nggak jelas juga selama pendakian saking semangatnya gue mau cepet-cepet sampe puncak. Ihiy.
Kayaknya efek gula jawa yang abis satu balok selama pendakian, sugesti diri sendiri, sekaligus badan gue yang udah bisa beradaptasi dengan aktivitas yang gue jalani saat itu juga.
Di awal perjalanan gue yang ngos-ngosan dan selalu nunduk waktu jalan, akhirnya bisa jalan biasa sambil menikmati pemandangan di sekitar dengan leluasa. Duh, pemandangannya bener-bener nyegerin mata, gaes.
Selama pendakian akan terus disuguhi pemandangan Gunung Merbabu yang ada di seberang Gunung Andong, bener-bener indah. Semakin tinggi posisi kami, pemandangannya semakin gokil, kami bisa melihat hamparan persawahan, rumah-rumah, dan lampu-lampunya dari dataran tinggi.
Bener-bener indaaaah banget pemandangannya, tapi sayang waktu itu hari udah semakin gelap menuju Maghrib jadi pemandangan nggak begitu keliatan jelas, tapi tetep deng bikin kami semua takjub sama apa yang kami indah. Tuhanku keren, gue selalu dibikin berdecak kagum ketika melihat pemandangan yang ada di depan gue.
Gue pun jadi semangat buat melanjutkan pendakian. Gue yang awalnya suram banget, akhirnya jadi bisa becanda sama temen-temen yang lain, sempet nyanyi-nyanyi nggak jelas juga selama pendakian saking semangatnya gue mau cepet-cepet sampe puncak. Ihiy.
Sekitar pukul 18:15 akhirnya
kami sampe di puncak. Akhirnya! Finally!
Uwoh puncak meeen puncaaakk.
Dan saat kami berjalan menuju puncak, Hanafi nampak dari kejauhan untuk menjemput kami dan menunjukkan letak tenda kami yang udah dia dirikan. Ketika kami sampe di puncak ternyata udah banyak pendaki lainnya yang juga udah sampe dan uudah mendirikan tenda.
Memang sih, dari saat parkir motor di bawah aja kami udah menemui banyak pendaki yang juga siap-siap mendaki kayak kami, selama mendaki pun kami juga banyak bertemu dengan pendaki lainnya dan saling menyapa, ya jadi nggak heran deh kalo puncaknya juga udah rame sama para pendaki. Begitu kami sampe di tenda, kami pun mulai membereskan barang kami masing-masing.
Mengeluarkan barang yang perlu dikeluarkan seperti bekal, air mineral, minuman sachet, bekal, sleeping bag, dan penghangat tubuh seperti jaket.
Setelah semua yang penting-penting dikeluarkan, tas kami masing-masing pun dimasukkan ke dalam tenda dan diatur sama Hanafi. Stock bekal, makanan, dan minuman pun dipojokkan di pinggir tenda oleh Hanafi, jadi kalo kami mau makan jadi gampang. Setelah barang-barang rapi di dalem tenda, Hanafi pun mulai mengeluarkan peralatan masak.
Setelah semuanya bener-bener rapi, kami pun beristirahat dan mulai menikmati sejuknya angin puncak dan pemandangan yang ada di depan mata dan di atas langit kami, indah sekali! Uwuwuw.
Dan saat kami berjalan menuju puncak, Hanafi nampak dari kejauhan untuk menjemput kami dan menunjukkan letak tenda kami yang udah dia dirikan. Ketika kami sampe di puncak ternyata udah banyak pendaki lainnya yang juga udah sampe dan uudah mendirikan tenda.
Memang sih, dari saat parkir motor di bawah aja kami udah menemui banyak pendaki yang juga siap-siap mendaki kayak kami, selama mendaki pun kami juga banyak bertemu dengan pendaki lainnya dan saling menyapa, ya jadi nggak heran deh kalo puncaknya juga udah rame sama para pendaki. Begitu kami sampe di tenda, kami pun mulai membereskan barang kami masing-masing.
Mengeluarkan barang yang perlu dikeluarkan seperti bekal, air mineral, minuman sachet, bekal, sleeping bag, dan penghangat tubuh seperti jaket.
Setelah semua yang penting-penting dikeluarkan, tas kami masing-masing pun dimasukkan ke dalam tenda dan diatur sama Hanafi. Stock bekal, makanan, dan minuman pun dipojokkan di pinggir tenda oleh Hanafi, jadi kalo kami mau makan jadi gampang. Setelah barang-barang rapi di dalem tenda, Hanafi pun mulai mengeluarkan peralatan masak.
Setelah semuanya bener-bener rapi, kami pun beristirahat dan mulai menikmati sejuknya angin puncak dan pemandangan yang ada di depan mata dan di atas langit kami, indah sekali! Uwuwuw.
Semakin malam, semakin
banyak pendaki yang sampe di puncak. Bener-bener rame banget deh, sampe-sampe
nggak bisa bedain ini gue lagi di puncak gunung atau lagi di pasar malem saking
ramenya.
Yaudahlah daripada pusing ya gue mulai kumpul sama temen-temen gue buat ngobrol, bercanda, nge-bully kalo ada yang bisa di-bully, sedangkan Hanafi anteng bikinin kami minuman hangat. Tapi FYI aja nih yaa, Gunung Andong beda sama Bukit Sikunir yang puncaknya ada warung sama toilet.
Kalo di puncak Gunung Andong nggak ada toilet, adanya cuma warung kopi gitu, jadi kalo mau buang air kecil atau buang air besar sekalipun ya harus nyemak. Alias buang hajat di alam terbuka dengan semak sebagai kloset alami kita. Heuheu.
Gue, Eres, dan Tiya udah ngalamin tuh buang air kecil di semak-semak bermodalkan tissue basah doang, ditambah sensasi ekstrim buang air kecil sampingnya jurang. Kurang greget gimana coba kalo kayak gitu? Huahaha.
Yaudahlah daripada pusing ya gue mulai kumpul sama temen-temen gue buat ngobrol, bercanda, nge-bully kalo ada yang bisa di-bully, sedangkan Hanafi anteng bikinin kami minuman hangat. Tapi FYI aja nih yaa, Gunung Andong beda sama Bukit Sikunir yang puncaknya ada warung sama toilet.
Kalo di puncak Gunung Andong nggak ada toilet, adanya cuma warung kopi gitu, jadi kalo mau buang air kecil atau buang air besar sekalipun ya harus nyemak. Alias buang hajat di alam terbuka dengan semak sebagai kloset alami kita. Heuheu.
Gue, Eres, dan Tiya udah ngalamin tuh buang air kecil di semak-semak bermodalkan tissue basah doang, ditambah sensasi ekstrim buang air kecil sampingnya jurang. Kurang greget gimana coba kalo kayak gitu? Huahaha.
Waktu itu masih pukul
19:30 dan karena bosan akhirnya kami memilih untuk memakan bekal kami
masing-masing sambil ngobrol. Setelah bekal masing-masing habis, kami bingung
mau ngapain lagi. Keluar tenda, sekeliling udah makin rame sama pendaki lain,
udara juga udah semakin dingin, kalo mau tidur juga belom ngantuk banget.
Yaudah deh gue ngusulin buat main game ‘3,6,9 tepuk tangan’ yang sering kami mainin di kampus kalo lagi bosan dan nggak ada kerjaan. Pada tau kan itu game apaan? Semoga pada tau deh ya, soalnya lagi mager ngejelasin itu game apaan. Muahaha.
Pokoknya itu game yang butuh konsentrasi tinggi dan hukuman buat yang kalah waktu itu ya harus berani jawab jujur dari setiap pertanyaan yang ditanyakan sama yang menang. Game kayak gini ini yang bikin hubungan pertemanan makin erat lho, gimana nggak erat kalo segala aib yang mau lo tanyain pasti bakal dijawab dengan jujur oleh oknum yang kalah, jadi game ini banyak manfaatnya buat yang……menang.
Yang kalah mah baek-baek aja aibnya kebuka semua. Dan malem itu waktu main game ini yang sering kalah Octav sama Acil, mereka berdua bisa berturut-turut kalahnya, dari segala aib tentang mantan dan masa lalu udah kebongkar semua malem itu di tenda panas kami, Eres sama Tiya, yaaa beberapa kali juga kalahlah dan dapet pertanyaan-pertanyaan nakal yang cuma kami berenam dan Tuhan yang tahu.
Hanafi yang nggak ikutan main dan cuma nongkrong di depan tenda sambil ngopi cuma senyam-senyum ngeliat kelakuan kami. Apalagi kalo kami heboh begitu dapet yang kalah, itu tenda kalo nggak dijagain Hanafi mungkin bisa roboh saking rusuhnya kami main di dalem tenda.
Bener-bener isinya kalo nggak ngakak ya nge-bully yang kalah. Gue? Huahaha sorry ya, sekalipun gue enggak pernah kalah dalam permainan kami malem itu, jadi nggak ada aib gue yang terbongkar. Muahaha.
Malem itu, gue bahagia banget, gue banyak ketawanya sampe rahang pengen copot, sampe suara abis gara-gara teriak nge-bully yang kalah mulu, capek tapi seneng, nggak ada kesedihan yang mampir lagi, gue lupa kalo gue sempet ada masalah, gue lupa sama apa yang sebelumnya gue rasain, semuanya bener-bener tergantikan dengan canda tawa sama temen-temen gue.
Ini yang bener-bener gue harapkan, melewati satu hariiii aja tanpa adanya kesedihan dan kawan-kawannya itu. Setidaknya kebencian ini perlahan pergi dari hati gue, perlahan tapi pasti. Ah, terima kasih ya temen-temen! :’)
Yaudah deh gue ngusulin buat main game ‘3,6,9 tepuk tangan’ yang sering kami mainin di kampus kalo lagi bosan dan nggak ada kerjaan. Pada tau kan itu game apaan? Semoga pada tau deh ya, soalnya lagi mager ngejelasin itu game apaan. Muahaha.
Pokoknya itu game yang butuh konsentrasi tinggi dan hukuman buat yang kalah waktu itu ya harus berani jawab jujur dari setiap pertanyaan yang ditanyakan sama yang menang. Game kayak gini ini yang bikin hubungan pertemanan makin erat lho, gimana nggak erat kalo segala aib yang mau lo tanyain pasti bakal dijawab dengan jujur oleh oknum yang kalah, jadi game ini banyak manfaatnya buat yang……menang.
Yang kalah mah baek-baek aja aibnya kebuka semua. Dan malem itu waktu main game ini yang sering kalah Octav sama Acil, mereka berdua bisa berturut-turut kalahnya, dari segala aib tentang mantan dan masa lalu udah kebongkar semua malem itu di tenda panas kami, Eres sama Tiya, yaaa beberapa kali juga kalahlah dan dapet pertanyaan-pertanyaan nakal yang cuma kami berenam dan Tuhan yang tahu.
Hanafi yang nggak ikutan main dan cuma nongkrong di depan tenda sambil ngopi cuma senyam-senyum ngeliat kelakuan kami. Apalagi kalo kami heboh begitu dapet yang kalah, itu tenda kalo nggak dijagain Hanafi mungkin bisa roboh saking rusuhnya kami main di dalem tenda.
Bener-bener isinya kalo nggak ngakak ya nge-bully yang kalah. Gue? Huahaha sorry ya, sekalipun gue enggak pernah kalah dalam permainan kami malem itu, jadi nggak ada aib gue yang terbongkar. Muahaha.
Malem itu, gue bahagia banget, gue banyak ketawanya sampe rahang pengen copot, sampe suara abis gara-gara teriak nge-bully yang kalah mulu, capek tapi seneng, nggak ada kesedihan yang mampir lagi, gue lupa kalo gue sempet ada masalah, gue lupa sama apa yang sebelumnya gue rasain, semuanya bener-bener tergantikan dengan canda tawa sama temen-temen gue.
Ini yang bener-bener gue harapkan, melewati satu hariiii aja tanpa adanya kesedihan dan kawan-kawannya itu. Setidaknya kebencian ini perlahan pergi dari hati gue, perlahan tapi pasti. Ah, terima kasih ya temen-temen! :’)
Pukul 21:00 tepat, kami
menghentikan permainan, karena kami benar-benar lelah ketawa terus-terusan,
lelah karena bego-begoan bareng di dalem tenda (tapi tetep yang paling bego ya
Octav sama Acil, kalah kok bisa lebih dari 5x. Hahahaha. :p).
Udah nggak tau lagi mau ngapain, udara juga udah semakin dingin, kami semua pun mulai ngantuk, dan akhirnya kami pun memutuskan untuk tidur. Kami berenam langsung membuka sleeping bag masing-masing dan menggelarnya di posisi masing-masing.
Tenda yang seharusnya cuma cukup buat berempat, malem itu kami paksakan buat berenam. Huahaha. Yang cowok-cowok di bagian pinggir, karena bagian pinggir itu bagian yang paling dingin. Jadi yang cewek-cewek diapit sama cowok-cowok deh biar hangat. Tapi emang malem itu di tenda rasanya jadi hangat karena banyaknya orang, coba waktu di Sikunir, 1 tenda pas buat 4 orang, tapi dinginnya tetep kerasa banget sampe bikin badan mati rasa, nah kalo sekarang berenam dusel-duselan jadinya hangat banget.
Dan tidur gue lumayan nyenyak di puncak Gunung Andong daripada di Sikunir, ya mungkin karena hangat itu sih ya.
Apalagi gue emang kerasa hangat banget gara-gara badan gue ditimpa sama Eres dan Tiya yang tidur di sebelah kanan-kiri gue, gue ditimpa sampe kesemutan sendiri, tapi tak apalah yang penting bisa tidur dan besok paginya bangun buat menyambut sunrise.
Udah nggak tau lagi mau ngapain, udara juga udah semakin dingin, kami semua pun mulai ngantuk, dan akhirnya kami pun memutuskan untuk tidur. Kami berenam langsung membuka sleeping bag masing-masing dan menggelarnya di posisi masing-masing.
Tenda yang seharusnya cuma cukup buat berempat, malem itu kami paksakan buat berenam. Huahaha. Yang cowok-cowok di bagian pinggir, karena bagian pinggir itu bagian yang paling dingin. Jadi yang cewek-cewek diapit sama cowok-cowok deh biar hangat. Tapi emang malem itu di tenda rasanya jadi hangat karena banyaknya orang, coba waktu di Sikunir, 1 tenda pas buat 4 orang, tapi dinginnya tetep kerasa banget sampe bikin badan mati rasa, nah kalo sekarang berenam dusel-duselan jadinya hangat banget.
Dan tidur gue lumayan nyenyak di puncak Gunung Andong daripada di Sikunir, ya mungkin karena hangat itu sih ya.
Apalagi gue emang kerasa hangat banget gara-gara badan gue ditimpa sama Eres dan Tiya yang tidur di sebelah kanan-kiri gue, gue ditimpa sampe kesemutan sendiri, tapi tak apalah yang penting bisa tidur dan besok paginya bangun buat menyambut sunrise.
Gue memang tidur
lumayan nyenyak dan enak, walaupun kadang-kadang kebangun gara-gara dengerin
tenda yang goyang rusuh gara-gara angin puncak yang kenceng banget, tapi itu
nggak mengganggu gue sih, gue tetep bisa lanjut tidur setelah anginnya tenang
lagi.
Dan pukul 05:00 subuh, alarm HP-nya Eres pun bunyi. Dan nggak ada satupun dari kami yang mau bangun karena saking enaknya tidur dan udara yang lebih dingin daripada di Sikunir, dinginnya menusuk tulang, sampe-sampe kami bangun kaki kami pegel dan mati rasa semua gara-gara kedinginan.
Eres dan Hanafi yang udah bangun berulang kali membangunkan gue, Tiya, Acil, dan Octav yang mager banget buat bangun dari sleeping bag, udah enak banget tidur dengan udara yang dingin-dingin enak gitu, harus banget bangun ya? Huahaha. Sampe pada akhirnya kami mendengar pendaki lain ngomong,
Dan pukul 05:00 subuh, alarm HP-nya Eres pun bunyi. Dan nggak ada satupun dari kami yang mau bangun karena saking enaknya tidur dan udara yang lebih dingin daripada di Sikunir, dinginnya menusuk tulang, sampe-sampe kami bangun kaki kami pegel dan mati rasa semua gara-gara kedinginan.
Eres dan Hanafi yang udah bangun berulang kali membangunkan gue, Tiya, Acil, dan Octav yang mager banget buat bangun dari sleeping bag, udah enak banget tidur dengan udara yang dingin-dingin enak gitu, harus banget bangun ya? Huahaha. Sampe pada akhirnya kami mendengar pendaki lain ngomong,
“Langitnya keren!”
Seketika kami satu
tenda langsung rusuh lagi gara-gara nggak pengen melewatkan langit keren yang
ada di puncak Gunung Andong, apalagi melewatkan sunrise-nya, jangan sampe! Yaudah, kami semua langsung deh
grubak-grubuk bangun dan langsung pake penghangat-penghangat tubuh kami yang
lainnya karena udara dingin nggak kira-kira.
Gue sampe sengaja bawa jaket Papa gue yang tebel banget buat gue pake, dan walaupun udah pake itu dinginnya tetep kerasa, yaudah deh gue tambahin aja sweater sebelum gue pake jaket, lalu gue pake celana panjang cargo punya kakak gue, pake kaos kaki, pake sarung tangan, lalu kupluk.
Hufht! Lumayan hangat deh daripada yang tadi. Setelah kami semua berpakaian hangat, akhirnya kami keluar dari tenda dan sudah banyak pendaki-pendaki lainnya yang sudah bangun dan siap-siap buat menyambut sunrise.
Daaaannn…..langit subuh di puncak Gunung Andong itu keren bin cantiiiiikkk banget, gaeeeesss. Padahal belum sunrise ya, tapi garis semburat warna oranye itu udah keliatan, kebayang nggak sih warna oranye gradasi sama warna gelap langit subuh? Keren banget, nget, nget, ngeeettss.
Kerennya hampir sama kayak di Sikunir, indahnya pun. Tapi tetep aja bikin speechless waktu ngeliatnya. Mendadak gue jadi orang yang bersyukur banget bisa melihat pemandangan seindah ini secara langsung.
Gue menikmati semua pemandangan yang ada di sekeliling gue, tersenyum karena apa yang gue liat itu bener-bener nyata di depan mata gue. Berikut ini, biar foto-foto yang dihasilkan Hanafi pake HP gue yang menceritakan keindahannya pemandangan di puncak Gunung Andong ya!
Gue sampe sengaja bawa jaket Papa gue yang tebel banget buat gue pake, dan walaupun udah pake itu dinginnya tetep kerasa, yaudah deh gue tambahin aja sweater sebelum gue pake jaket, lalu gue pake celana panjang cargo punya kakak gue, pake kaos kaki, pake sarung tangan, lalu kupluk.
Hufht! Lumayan hangat deh daripada yang tadi. Setelah kami semua berpakaian hangat, akhirnya kami keluar dari tenda dan sudah banyak pendaki-pendaki lainnya yang sudah bangun dan siap-siap buat menyambut sunrise.
Daaaannn…..langit subuh di puncak Gunung Andong itu keren bin cantiiiiikkk banget, gaeeeesss. Padahal belum sunrise ya, tapi garis semburat warna oranye itu udah keliatan, kebayang nggak sih warna oranye gradasi sama warna gelap langit subuh? Keren banget, nget, nget, ngeeettss.
Kerennya hampir sama kayak di Sikunir, indahnya pun. Tapi tetep aja bikin speechless waktu ngeliatnya. Mendadak gue jadi orang yang bersyukur banget bisa melihat pemandangan seindah ini secara langsung.
Gue menikmati semua pemandangan yang ada di sekeliling gue, tersenyum karena apa yang gue liat itu bener-bener nyata di depan mata gue. Berikut ini, biar foto-foto yang dihasilkan Hanafi pake HP gue yang menceritakan keindahannya pemandangan di puncak Gunung Andong ya!
View sebelum sunrise, gaeessss. |
Ulalala~~ |
Pemandangan di belakang tenda nih! |
Menanti sebuah jawaban, eh...menanti sunrise maksudnya. :p |
Akhirnya, sunrise di puncak Gunung Andong! :)) |
Cantik yaaa? |
Keindahan Indonesia mana lagi yang kau dustai, dek. |
Waktu sunrise dan mememukan palangnya Gunung Andong, gue sama temen-temen gue sempet ngalay dikit. Nulis pesan di selembar kertas buat orang-orang terdekat, Tiya nulis sesuatu yang romantis buat cowoknya Azkar. Octav nulis salam buat 2 sahabatnya yang lain.
Gue? seandainya keadaan baik-baik aja, gue mau-mau aja nulis pesan atau salam buat seseorang, tapi apalah daya.
Sebagai penggantinya gue nulis salam buat idola sepanjang masa gue, Koko Denny Sumargo. Heheu.
Gue? seandainya keadaan baik-baik aja, gue mau-mau aja nulis pesan atau salam buat seseorang, tapi apalah daya.
Sebagai penggantinya gue nulis salam buat idola sepanjang masa gue, Koko Denny Sumargo. Heheu.
Gue tag di IG-nya DenSu, semoga diliat biar dia bisa ngajak MTMA ke Gunung ini. Uhuy! |
Tuh liat, itu puncak gunung apa pasar kaget? :p |
Entahlah ini pose apa. |
Mataharinya bersinar malu-malu. Gemesh. |
Gunung Merbabunya gemesin jugaaakk. |
Merbabu, bawa akuh ke sana~ |
Selfie everywhere! |
Mikirin kamu, iya khamu. *hoek* |
Let it gooo~~ let it gooooo~~ |
Tertawa di atas gunung : achievment unlocked! :) |
Gimana? Goks banget
nggak pemandangan di sana? Gokil lagi kalo lo liat pake mata kepala lo sendiri.
Tapi untuk foto-foto di sana memang agak kurang nyaman sih, gara-gara kebanyakan manusia di sana seperti yang udah gue ceritain di atas.
Kalo di Sikunir memang rame juga, tapi tetep bisa dapet tempat yang bisa leluasa foto-foto, kalo di Gunung Andong semua tempat penuh lautan manusia dan tenda meeennn. Heuheu.
Oh iya, mungkin foto-foto di atas kalian nggak menemukan banyak wajahnya Acil, itu dikarenakan ketika kita asyik foto-foto dia malah masuk tenda karena laper, dia sendirian di tenda, bikin makanan sendiri, makan roti sendiri, bikin minuman hangat sendiri, macam anak ilang gitu.
Tapi waktu kami istirahat abis foto-foto, dialah chef kami yang masakin mie buat kami berlima sarapan. Maklumlah, dia jurusan perhotelan, jadi nggak heran kalo jago masak.
Dan mie buatan dia itu rasanya istimewa banget pas posisi kami lagi di puncak gunung. Mie kuah hangat rasa restoran bintang 5 gitu deh *elah*. Huehehe.
Tapi untuk foto-foto di sana memang agak kurang nyaman sih, gara-gara kebanyakan manusia di sana seperti yang udah gue ceritain di atas.
Kalo di Sikunir memang rame juga, tapi tetep bisa dapet tempat yang bisa leluasa foto-foto, kalo di Gunung Andong semua tempat penuh lautan manusia dan tenda meeennn. Heuheu.
Oh iya, mungkin foto-foto di atas kalian nggak menemukan banyak wajahnya Acil, itu dikarenakan ketika kita asyik foto-foto dia malah masuk tenda karena laper, dia sendirian di tenda, bikin makanan sendiri, makan roti sendiri, bikin minuman hangat sendiri, macam anak ilang gitu.
Tapi waktu kami istirahat abis foto-foto, dialah chef kami yang masakin mie buat kami berlima sarapan. Maklumlah, dia jurusan perhotelan, jadi nggak heran kalo jago masak.
Dan mie buatan dia itu rasanya istimewa banget pas posisi kami lagi di puncak gunung. Mie kuah hangat rasa restoran bintang 5 gitu deh *elah*. Huehehe.
Chef pribadi kami nih! :D |
Mie kuah rasa bintang lima coy. :p |
Papah-Mamah yang ngurusin kami. Ihiihi~ |
Istirahat sambil selfie, teteup ye. |
Muka-muka belum mandi tapi udah rusuh duluan di tenda pagi-pagi. |
Setelah asyik
foto-foto, sarapan, dan istirahat dalam tenda, kami pun mulai bergegas buat
membereskan barang-barang dan tenda kami, lalu bersiap-siap untuk pulang.
Ah, memang nggak puas sih, tapi budget kami cuma cukup buat 2 hari 1 malem, nggak bisa nambah hari lagi deh buat tidur di atas puncak gunung ditemani beribu bintang-bintang di atas langit. Tapi yasudahlah, lain kali kami akan main lagi ke tempat-tempat yang keren kayak Gunung Andong ini, untuk sekarang harus puas dulu sama yang udah kami lalui ini.
Akhirnya kami pun membereskan barang-barang kami, yang cewek-cewek seperti biasa sempet ganti baju dan pake parfum dulu biar PD, lalu lanjut membereskan tenda dan membersihkan sampah-sampah kami (iya, kalo main ke gunung jangan lupa bawa plastik gede buat buang sampah-sampah kita ya, jangan nyampah di gunung! Bawa turun sampah-sampah lo, biar gunung tetep bersih seperti sedia kala).
Semuanya udah tertata rapi di tas masing-masing, sampah kami udah bersih dan kami bawa, udah ngecek nggak ada barang bawaan yang tertinggal lagi, berdoa mengucap syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa lagi, lalu kami pun mulai berjalan meninggalkan puncak Gunung Andong dan pulang deh.
Waktu turun gunung ini sempet foto-foto juga sih sebelum bener-bener ninggalin Gunung Andong. Hihi.
Ah, memang nggak puas sih, tapi budget kami cuma cukup buat 2 hari 1 malem, nggak bisa nambah hari lagi deh buat tidur di atas puncak gunung ditemani beribu bintang-bintang di atas langit. Tapi yasudahlah, lain kali kami akan main lagi ke tempat-tempat yang keren kayak Gunung Andong ini, untuk sekarang harus puas dulu sama yang udah kami lalui ini.
Akhirnya kami pun membereskan barang-barang kami, yang cewek-cewek seperti biasa sempet ganti baju dan pake parfum dulu biar PD, lalu lanjut membereskan tenda dan membersihkan sampah-sampah kami (iya, kalo main ke gunung jangan lupa bawa plastik gede buat buang sampah-sampah kita ya, jangan nyampah di gunung! Bawa turun sampah-sampah lo, biar gunung tetep bersih seperti sedia kala).
Semuanya udah tertata rapi di tas masing-masing, sampah kami udah bersih dan kami bawa, udah ngecek nggak ada barang bawaan yang tertinggal lagi, berdoa mengucap syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa lagi, lalu kami pun mulai berjalan meninggalkan puncak Gunung Andong dan pulang deh.
Waktu turun gunung ini sempet foto-foto juga sih sebelum bener-bener ninggalin Gunung Andong. Hihi.
Thank you, girls, for always be there for me. xoxo. |
Ini mbuh kita lagi ngapain. |
Personel pendaki Gunung Andong. Full team! yeah! |
Itu gaya tangan yang ngajarin Hanafi....entahlah... |
Merbabu, jadi tujuan kami berikutnya ya! |
Turun...turun gunung... |
Turun...turun gunung... |
Pose dulu sebelum pulang... |
Tuh pemandangannya, gaeeesss. |
Keindahan Indonesia mana lagi yang kamu dustai, dek (2). |
Eh..tau-tau udah sampe bawah aja.. |
Thanks for da trip, guys! Me love you! |
Waktu turun gunung
memang nggak secapek waktu mendakinya sih, tapi tetep aja, turun Gunung Andong
tetep bikin gue gemeteran dan panas.
Eh, waktu itu sempet juga cedera lutut kanan gue waktu zaman basket kambuh, tapi gue tahan biar nggak ngerepotin temen-temen gue.
Untung nggak sakit-sakit banget waktu itu kambuhnya, jadi masih bisa jalan dengan aman sentosa dan tiba di basecamp dengan selamat deh. Puji Tuhan. Begitu sampe di basecamp kami berenam istirahat sejenak dan buang air kecil yang dari puncak udah nahan kebelet.
Duduk-duduk sebentar, minum, ngemil permen, dan ngambil titipan helm di tempat penitipan helm sudah kami lakukan semua dan akhirnya kami pun siap untuk melakukan perjalanan pulang deh.
Dan sekali lagi Puji Tuhan, perjalanan pulang kami tidak mengalami hambatan apapun, semuanya lancar jaya sampe tiba di rumahnya Eres lagi. Perjalanan kami selesai di situ deh. Hihihi. :D
Eh, waktu itu sempet juga cedera lutut kanan gue waktu zaman basket kambuh, tapi gue tahan biar nggak ngerepotin temen-temen gue.
Untung nggak sakit-sakit banget waktu itu kambuhnya, jadi masih bisa jalan dengan aman sentosa dan tiba di basecamp dengan selamat deh. Puji Tuhan. Begitu sampe di basecamp kami berenam istirahat sejenak dan buang air kecil yang dari puncak udah nahan kebelet.
Duduk-duduk sebentar, minum, ngemil permen, dan ngambil titipan helm di tempat penitipan helm sudah kami lakukan semua dan akhirnya kami pun siap untuk melakukan perjalanan pulang deh.
Dan sekali lagi Puji Tuhan, perjalanan pulang kami tidak mengalami hambatan apapun, semuanya lancar jaya sampe tiba di rumahnya Eres lagi. Perjalanan kami selesai di situ deh. Hihihi. :D
Jadi begitulah cerita
gue yang abis mendaki Gunung Andong. Gue bersyukur banget bisa ngalamin itu
semua, perjalanan menuju tempat tujuan naik motor bareng-bareng, susah payah
mendaki, sampe di puncak dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, ketawa
bareng temen-temen gue seakan nggak ada masalah yang sedang kami hadapi, tidur
dihiasi dengan ribuan bintang yang terlihat lebih jelas dan lebih banyak dari
biasanya, melihat indahnya sunrise.
Bener-bener bersyukur diizinkan Tuhan buat ngerasain itu semua, apalagi sama temen-temen terdekat gue, double triple combo bahagianya.
Dan yang paling gue syukuri adalah ketika gue bisa melepaskan segala kebencian di hati gue di Gunung Andong.
Temen-temen gue nggak tau aja kalo kadang gue lagi bengong atau diem itu gue lagi mikirin sesuatu, dan waktu di Gunung Andong gue mikirin keadaan gue sendiri, terutama rasa benci yang ninggal di hati.
Entah kenapa, ketika gue berdiam diri di puncak itu, segala beban dan kebencian itu larut bersama embusan napas yang keluar saat itu juga, rasanya gue jadi ikhlas buat menghadapi semua yang terjadi, rasanya kebencian itu langsung ilang dari hati gue, rasanya gue bisa memaafkan semua yang udah gue rasain, memaafkan diri sendiri, memaafkan dia, berdamai dengan hati sendiri, semuanya terbawa angin di puncak Gunung Andong itu.
Itulah yang bener-bener gue syukuri, karena ekspektasi gue untuk sembuh total di Gunung Andong itu tercapai. Semua beban gue tinggalin di puncak Gunung Andong, semua keresahan, keraguan, kebencian, gue letakkan semua di sana, semuanya terasa lega dan lebih ringan dari sebelumnya, semua rasanya kembali normal seperti biasanya.
Bahagia. Itu yang bener-bener rasain.
Bahagia, karena gue dikelilingi temen-temen yang nggak abis-abisnya bikin gue ketawa. Bahagia, karena pada akhirnya gue bisa lepasin semua beban yang membelenggu gue. Udah nggak ada kesedihan yang bersisa dari gue, kecuali memori indah bareng temen-temen gue di puncak Gunung Andong, gue udah bisa lupain semua kekecewaan dan sakit hati gue, gue udah bisa lupain apa yang udah terjadi kemarin-kemarin.
Gue emang seharusnya sembuh dengan cepat, karena gue terluka oleh orang yang sama, kejadian yang sama, kekecewaan yang sama, gue udah pernah melalui ini semua, udah seharusnya gue bisa melaluinya lagi untuk yang kedua kalinya. Yah, mungkin ini konsekuensi gue ngasih kesempatan kedua untuk laki-laki yang pernah gue sayang.
Ah, terima kasih Gunung Andong, yang udah membantu gue sembuh dari luka lama gue, terima kasih Eres dan Hanafi yang udah mengajak gue ke tempat yang keren dan udah mempersiapkan semuanya dengan baik, terima kasih Tiya, Acil, dan Octav yang membantu gue untuk tertawa lagi, bahkan sampe ngakak, rahang mau mau copot, perut kram.
Terima kasih Tuhan, buat semuanya. Abis ini gue siap buat menjalani hidup gue lagi, siap jalan di tujuan hidup gue lagi, gue nggak perlu mikirin hal yang nggak penting lagi.
If something/someone belongs to me, they will be back to me in the right time, one day. :))
Bener-bener bersyukur diizinkan Tuhan buat ngerasain itu semua, apalagi sama temen-temen terdekat gue, double triple combo bahagianya.
Dan yang paling gue syukuri adalah ketika gue bisa melepaskan segala kebencian di hati gue di Gunung Andong.
Temen-temen gue nggak tau aja kalo kadang gue lagi bengong atau diem itu gue lagi mikirin sesuatu, dan waktu di Gunung Andong gue mikirin keadaan gue sendiri, terutama rasa benci yang ninggal di hati.
Entah kenapa, ketika gue berdiam diri di puncak itu, segala beban dan kebencian itu larut bersama embusan napas yang keluar saat itu juga, rasanya gue jadi ikhlas buat menghadapi semua yang terjadi, rasanya kebencian itu langsung ilang dari hati gue, rasanya gue bisa memaafkan semua yang udah gue rasain, memaafkan diri sendiri, memaafkan dia, berdamai dengan hati sendiri, semuanya terbawa angin di puncak Gunung Andong itu.
Itulah yang bener-bener gue syukuri, karena ekspektasi gue untuk sembuh total di Gunung Andong itu tercapai. Semua beban gue tinggalin di puncak Gunung Andong, semua keresahan, keraguan, kebencian, gue letakkan semua di sana, semuanya terasa lega dan lebih ringan dari sebelumnya, semua rasanya kembali normal seperti biasanya.
Bahagia. Itu yang bener-bener rasain.
Bahagia, karena gue dikelilingi temen-temen yang nggak abis-abisnya bikin gue ketawa. Bahagia, karena pada akhirnya gue bisa lepasin semua beban yang membelenggu gue. Udah nggak ada kesedihan yang bersisa dari gue, kecuali memori indah bareng temen-temen gue di puncak Gunung Andong, gue udah bisa lupain semua kekecewaan dan sakit hati gue, gue udah bisa lupain apa yang udah terjadi kemarin-kemarin.
Gue emang seharusnya sembuh dengan cepat, karena gue terluka oleh orang yang sama, kejadian yang sama, kekecewaan yang sama, gue udah pernah melalui ini semua, udah seharusnya gue bisa melaluinya lagi untuk yang kedua kalinya. Yah, mungkin ini konsekuensi gue ngasih kesempatan kedua untuk laki-laki yang pernah gue sayang.
Ah, terima kasih Gunung Andong, yang udah membantu gue sembuh dari luka lama gue, terima kasih Eres dan Hanafi yang udah mengajak gue ke tempat yang keren dan udah mempersiapkan semuanya dengan baik, terima kasih Tiya, Acil, dan Octav yang membantu gue untuk tertawa lagi, bahkan sampe ngakak, rahang mau mau copot, perut kram.
Terima kasih Tuhan, buat semuanya. Abis ini gue siap buat menjalani hidup gue lagi, siap jalan di tujuan hidup gue lagi, gue nggak perlu mikirin hal yang nggak penting lagi.
If something/someone belongs to me, they will be back to me in the right time, one day. :))
Yang penting itu satu
hal….
Jangan lupa untuk
berbahagia. :))
Terima kasih, Gunung
Andong!
I'll fly away tomorrow, to far away~ |
Thanks
for reading, guys! And Godblessya all!
Pictures by : My documents
(Foto-foto di atas dihasilkan oleh Sony Xperia T2 Ultra, bukan iPhone. :p)
lucu ya namanya gunung Andong dan saya baru tahu , kalau merbabu sih tahu dari belajar geografi dulu sekali
BalasHapusWah, sayang banget kok baru tau. Itu tempat keren banget. :))
Hapusjadi ngiri kalo ngeliat orang naik gunung, semoga kesampean juga deh :))
BalasHapusjadi ngiri kalo ngeliat orang naik gunung, semoga kesampean juga deh :))
BalasHapusAmiiiinn, pasti kesampaian kok. :))
Hapusresolusi kameranya oke. daki gunung itu emang seru, apalagi kalau udah sampai puncak. kelelahan terbalaskan dengan keindahan pemandangannya
BalasHapusHaha iyaaa, bener banget. Capeknya ilanh semua pas nyampe puncak. :)))
Hapus