Anggap Saja Review: The Doll
kapanlagi.com |
Setelah melawan segala
kesoksibukan sehari-hari, akhirnya gue ada kesempatan buat nonton film
yang diperanin sama idola sepanjang masa gue, (bukan, kali ini gue nggak bahas
Tulus di blog gue) Denny Sumargo, yaitu ‘The Doll’, ini film kesekian kalinya
dia yang bertemakan horror. Sejujurnya gue cukup bosan dia dapet genre film dan partner akting yang sama terus. Tapi demi melihat perkembangan dia
di dunia akting *tsaelah, emang lau sokap, Bul?*, gue rela men-skip nggak nonton ‘Doctor Strange’ sama
‘Fantastic Beasts and Where to Find Them’dulu. Kalo nonton tiga-tiganya
langsung, yang ada gue dua minggu ke depan bakal makan nasi aking mulu karena
mendadak bokek.
Walaupun gue fans garis
kerasnya Koko Denny Sumargo, review-an
“The Doll” ini, gue tetap memposisikan diri sendiri sebagai penikmat film kok,
bukan review ala-ala fans yang
sekadar memuji biar idolanya seneng. Review
tetap akan objektif, seperti review-review
film yang udah gue tulis di sini sebelumnya. Untuk filmnya DenSu kali ini, gue
enggak berekspektasi apa-apa, sih. Tapi ada hasrat juga ingin membuktikan kalo
katanya “The Doll” ini film horor terbaik tahun ini, pengin tahu, beneran apa
enggak gitu ya, kan. Setelah kelar nonton film hasilnya gimana? Yuk deh,
langsung gue review!
movie.co.id |
Judul:
The
Doll
Tanggal
Rilis: 27 Oktober 2016
Pemain:
Denny
Sumargo (Daniel), Shandy Aulia (Anya), Sara Wijayanto (Bu Sarah), Vitta Mariana
(Niken)
Sutradara:
Rocky
Soraya
Penulis:
Riheam
Junianti
Genre:
Horor,
Misteri, Urban legend
Durasi:
Kira-kira 2 jam deh
Sinopsis:
Film ini mengisahkan
cerita sepasang suami yaitu Anya dan Daniel yang baru pindah ke rumah barunya
di daerah Bandung untuk menjalani kehidupan yang baru dan lebih baik dari
sebelumnya karena Daniel mendapatkan promosi di tempatnya dia bekerja. Awalnya
kehidupan baru mereka nampak bahagia dan baik-baik saja sampai pada akhirnya
ada kehidupan lain yang mengganggu kebahagiaan mereka. Daniel yang bekerja
sebagai asisten kontraktor harus mengambil sebuah keputusan yang nantinya
memengaruhi kehidupan barunya yang bahagia itu. Ia harus menebang pohon di
daerah Jalan Siliwangi yang dipercayai sebagai tempat penunggu arwah anak kecil
yang tidak tenang karena meninggal secara mengenaskan pada saat rumahnya
dirampok dan dibantai oleh para perampok itu. Pohon itu ditandai dengan adanya
boneka yang sengaja diletakkan di sana menandakan bahwa pohon itu tempat
tinggal dari anak kecil yang arwahnya belum tenang. Dan tentunya, boneka itu
adalah boneka kesayangan si arwah anak kecil ini selama ia hidup di dunia.
Mereka dulu hidup susah~ ulululu | beritatagar.id |
Karena Daniel tidak
percaya dengan hal-hal yang berhubungan dengan dunia lain, ia dengan tenang
mengambil keputusan untuk menebang pohon tersebut meskipun anak buahnya
menentangnya dengan keras. Hasilnya, setelah pohon itu ditebang, boneka itu
tiba-tiba ada di dalam mobil Daniel ketika ia pulang ke rumah. Anya yang
bekerja sebagai pengerajin boneka pun langsung menyukai boneka tersebut dan
memohon Daniel untuk membersihkan dan menyimpan boneka tersebut. Daniel pun
mengiyakan permintaan Anya, istri kesayangannya itu. Malam itu juga, boneka itu
dibersihkan Anya dan diletakkan di tempatnya mengerjakan boneka-boneka
buatannya. Mereka tidak menyadari bahwa kehadiran boneka tersebut adalah awal
dari gangguan-gangguan gaib yang setiap malam harus mereka rasakan. Ea!
Tetangga Anya yang
bernama Niken pun juga mengetahui hal tersebut, ia menjelaskan bahwa boneka
tersebut adalah milik anak kecil yang keluarganya dibantai oleh perampok, nama
anak kecil itu Uci, sedangkan nama bonekanya Ghawiyah. Niken sudah
memeringatkan Anya untuk segera membuang boneka tersebut, namun karena Anya
tidak percaya hal-hal gaib seperti Daniel suaminya, ia enggan untuk membuang
boneka tersebut. Sampai pada akhirnya banyak gangguan gaib yang meyakinkan Anya
bahwa setiap peringatan dari Niken itu benar. Setiap hari gangguan makin parah
dan mengarah pada boneka tersebut, sampai pada akhirnya Uci, si anak kecil yang
arwahnya tidak tenang itu menampakkan dirinya di hadapan Anya langsung. Karena
gangguan semakin parah, Niken pun mengundang Ibu Sarah (semacam Lorraine Warren
kalo di film The Conjuring) yang sudah punya pengalaman menghadapi dan mengusir
arwah Uci ini.
Ghawiyaaahh~~ | youtube.com |
Namun pertempuran Bu
Sarah dengan Uci kali ini beda daripada yang sebelumnya. Untuk yang kali ini,
arwah Uci semakin jahat dan entah kenapa penuh dengan amarah dan dendam. Bu
Sarah pun semakin kesulitan untuk menghadapi arwah Uci ini. Arwah Uci ini
semakin menjadi-jadi ketika dia berhasil merasuki tubuh lemah Anya, ia dengan
brutal membantai tubuh Daniel dengan tusukan-tusukan pisau, menghajar Daniel
sampai ia tidak bisa bergerak lagi sama sekali. Parah emang si Uci ini, apa
salah Daniel ini? Ganteng-ganteng gitu dihabisi sampe berdarah-darah. Apa yang
melatar belakangi Uci mengganggu kehidupan Anya dan Daniel yang lagi bahagia-bahagianya? Apakah karena
Daniel yang sudah menebang tempat tinggalnya? Atau ada faktor lainnya? Apakah
Bu Sarah berhasil mengusir arwah Uci yang kalap menghajar Koko Glodok
kesayangan gue? Apakah Anya dan Daniel berhasil melewati gangguan-gangguan dari
Uci si arwah penasaran dan kembali hidup berbahagia? Mari temukan jawabannya
dengan nonton film ini, gue aja nonton lho……#yhateruskenapa.
***
Dan film ini menurut
gue….…..biasa aja. Hahahaha. Menurut gue yang sok tahu udah sering
banget nonton film horor, “The Doll” ini nggak ada serem-seremnya sama sekali,
gengs. Paling cuma ngaget-ngagetin doang seperti ciri khasnya film horor ala
Indonesia gitu lah, pasti tahu yang gue maksud kayak gimana, terutama adegan mati lampu-hujan deres-setan muncul yang pasti ada di setiap film horor. Untunglah gue dari
awal nonton emang nggak berekspektasi apa-apa, jadinya nggak kecewa-kecewa
banget begitu filmnya udah selesai. Kan emang tujuan awalnya nonton film ini
pengin lihat perkembangan aktingnya Koko Denny yang semakin kebanjiran tawaran
main film itu *duileeee**lagak lu, Buullll*. Menurut gue, “The Doll” ini film
yang cukup bagus, tapi tidak lebih bagus dari film-film horor yang “Hitmaker”
buat sebelum “The Doll” ini. Selain pemeran utamanya yang masih sama seperti
film-film yang sebelumnya, sensasi yang gue rasakan ya sama aja kayak yang
sebelumnya, “The Doll” cuma beda cerita doang udah.
Main film selain horor dong~ | wowkeren.com |
Menurut gue, alur
cerita dan konfliknya terlalu sederhana, bahkan intro ceritanya agak kepanjangan di awal. Karena katanya cerita “The Doll” ini diambil
dari cerita urband legend-nya Kota
Bandung, gue awal nonton mengiranya ini bakal nyeritain cerita nyata di balik
cerita urband legend boneka penunggu
pohon di Jalan Siliwangi tersebut kayak “The Conjuring 1 & 2” yang
nyeritain kisah nyata pengusiran iblis yang dilakukan pasangan Warren di tahun
70-an itu, atau kayak “The Excorcist” atau “The Exorcism of Emily Rose” (kalo
ini najis banget seremnya), eh ternyata enggak. Setelah nonton dan riset-riset
tentang film ini, ternyata “The Doll” hanya terinspirasi dari urband legend boneka penunggu pohon
tersebut lalu mengembangkan ceritanya sendiri. Sayang banget pengembangan
ceritanya menurut gue kurang greget sehingga menyebabkan film ini kurang serem,
padahal gue pengin sesuatu yang lebih, pengin sesuatu yang bisa bikin gue
tegang nonton film ini, padahal urban
legend-nya juga udah bagus banget dan cukup bikin penasaran penonton lho.
Reaksi gue waktu mencerna konflik film ini tuh…”Oh, gitu doang?”
#ditabokberjamaah.
Ini film horor, tapi
nggak bikin gue ketakutan atau tegang sama sekali. Bikin parno pun enggak, gue
selaw banget waktu nonton ini di bioskop, nggak ada aktivitas nutupin muka atau
jejeritan gara-gara setan yang nongol di film bahkan dari audionya sekalipun. Gue anteng banget sepanjang
film, bahkan sempet ngantuk dan menguap beberapa kali di dalem studio. Beda
kayak waktu nonton “The Conjuring 2”, yang tegangnya konsisten dari awal sampe
akhir film, yang intensitas seremnya bikin kita nggak boleh nafas barang
sejenak aja, baca aja review-annya di sini. Gue merasanya malah “The Doll” ini kayak film drama-thriller dibandingkan
film horor. Karena menurut gue, film horor yang sukses itu, film yang berhasil
bikin kamu parno dan kebayang-bayang setelah menontonnya, semacam
mengacak-ngacak kejiwaanmu gitulah. Orang gue nonton “The
Conjuring 2” sama “Lights Out” aja 3 hari baru berani ngapa-ngapain sendirian.
Valak dan listrik mati cukup berhasil menghantui hari-hari gue saat itu. Heu~
Hmm....| lucudanunik.com |
Untungnya, film ini
tertolong dengan twist ending-nya
yang cukup berhasil bikin gue ber-“ooohhh ternyata gitu”-ria setelah cerita
film mencapai akhir dan mendapatkan benang merah dari cerita film ini, walaupun nantinya juga bakal bikin penonton bosan dan
bisa menebak kalo “Hitmaker” terus-terusan mengandalkan plot twist untuk setiap filmnya. Selain itu, gue juga beberapa efek
yang nggak lebay tapi cukup bagus di dalam film ini, ditambah dengan make up berdarah-darah yang total banget,
dan moral cerita yang disuguhkan film ini juga ngena banget sebenernya. Dari
“The Doll”, gue belajar, kalo kamu sayang banget sama pasanganmu, you will do anything for her/his happiness.
Gue belajar juga, kalau mau keluargamu bahagia, jangan pernah merusak
kebahagiaan orang lain juga dan, bahagia itu juga tidak hanya datang dari
materi berlimpah aja, asal saling menyayangi, menemani berjuang, memahami itu
kayaknya udah cukup.
Untuk masalah
aktingnya, di “The Doll” semuanya udah cukup bagus sih, cuma agak mengganggu
pas para figuran yang berperan jadi masyarakat sekitar itu, yawlah itu keliatan
banget men kalo akting doang, keliatan banget terlalu dibuat-buat, nggak
natural, eim. Untuk aktingnya Shandy Aulia, masih konsisten seperti film-film
dia yang sebelumnya, sedangkan Denny Sumargo yang mendapat perhatian lebih dari
gue….*ehm* ngerasanya, udah bagus juga, udah mengalami perkembangan pun iya.
Tapi masih ada beberapa aktingnya yang kaku dan paling bikin gue kesel waktu
adegan dia bobok unyu sama Shandy Aulianya itu, kenapa kaku banget ya Tuhan,
itu di sana mereka suami istri, kenapa kayak takut-takut banget ngeloni istri kesayangannya. Gemes gue
waktu adegan itu, romantisnya Koko Denny juga kaku dan nggak luwes kalo menurut
gue, apakah itu mungkin efek dia jomlo? *dikepruk* *pake cinta* *karepmu, Bul*.
Eits, ditambah, entah kenapa di “The
Doll” ini, gue masih merasa melihat sosok seorang Denny Sumargonya, bukan
Daniel. Apa karena Daniel sama lovable-nya
kayak Koko Denny? Ya entahlah, namanya juga review
sok tahu ala-ala gue ya, kan, tapi ada adegan dia paling favorit itu ya pas yang berdarah-darah itu, total banget deh, ah. Suka!
Adegan favorit! hahaha | lucudanunik.com |
Sini bang, adek lap-in darahnya~ | wowkeren.com |
So
far, “The Doll” ini film yang cukup menghibur sih.
Lumayan seru juga kok ditonton buat yang nggak terlalu suka film horor tapi
penasaran sama ceritanya. Tapi “The Doll” bukan film terbaiknya Koko Denny
Sumargo, hufht. Masih ada “MTMA The Movie” sama “Kartini”. Semoga 2 filmnya
Koko Denny yang selanjutnya itu jauh lebih bagus dibandingin “The Doll” ini.
Semoga ke depannya Koko Denny nggak dapet film ber-genre horor mulu, ya. Gue kadang pengin deh ngeliat dia main film action atau film yang drama yang
bener-bener based on true story. Semoga rezekinya
semakin bagus dan karya-karyanya semakin meningkat dan berkembang. Ada amin saudara-saudara?
Jadi, sekiranya
begitulah review “The Doll” ala-ala
gue. Film ini masih asyik ditonton terlepas dari review-an gue ini. Toh, ini masalah selera dan penilaian pribadi
kan. Siapa tahu buat orang lain “The Doll” ini film yang serem banget, tapi
enggak buat gue. Hehehe. Jangan lupa tonton terus film Indonesia, ya. Supaya
semakin terus berkembang baik ke depannya. Kalo bukan kita yang bantu
mengembangkan, siapa lagi dong?
Sip ye kata-kata gue?
Yaudah gue cukupkan postingan gue di sini. Ada yang sudah nonton “The Doll”
atau ada yang penasaran sama filmnya? Sharing
ya di comment box gue!
Thank you for reading, guys! And Godblessya all!
Dapet salam dari Uci, noh~ | google.com |
Pernha liat thrillernya di kereta sereeeeeem pisaaan euy
BalasHapusHahaha keputusan untuk tidak nonton rupanya tepat :D Sudah kuduga ceritanya biasa aja. 'Paling ya diteror sama boneka' agak mainstream....
BalasHapuswahh info bagus..
BalasHapusmantap tulisannya...
tinggalin jejak di :D
kunjungi juga: https://idealimka.blogspot.co.id/
biasanya film horor emang ga terlalu serem, cuma suaranya aja yang ngagetin...
BalasHapus