Lagu Untuk Matahari
Halo lagiii! Setelah tadi gue nulis postingan tentang The Liebster Award, kali ini gue pengen sharing lagu yang lagi gue suka banget nih. Bisa dikatakan lagu ini lagu penyemangat buat diri gue sendiri. Kalo ada yang baca postingan gue yang ini >> Here I am, kalian pasti tahu kalo saat ini gue lagi mengalami masa-masa mental breakdown dan lagi berusaha memperbaiki diri sendiri dan bangkit dari keterpurukan gue. Di postingan itu gue cerita kalo banyak hal yang membuat gue berani untuk bangkit lagi, banyak media yang menyemangati gue secara nggak langsung. Dan salah satunya adalah musik. Gue stress nggak stress pasti dengerin musik sih. Apalah asiknya hidup ini kalo nggak ada musik ya, kan?
Nah, kali ini gue pengen sharing salah satu lirik lagu yang mampu menyemangati gue dan perlahan-lahan bisa bikin gue bangkit. Lagi-lagi lagunya Tulus yang bakal gue share di sini. Entah ini udah lagunya Tulus yang keberapa yang liriknya gue share di blog gue ini. Hehehe, lagu-lagunya Tulus emang favorit banget deh, ah!
Lagu yang bakal gue share ini berjudul 'Lagu Untuk Matahari' yang ada di album keduanya Tulus, gue suka banget, banget, banget sama liriknya yang pas sama keadaan dan kondisi gue sekarang ini. Penasaran? Yuk cekidot ajah!
Patah karang semangat dengar mulut pedas berdebat
Yang hanya lihat salahmu
ooo..
Gerah kadang pendengar dapat cibiran sang benar
Sinisme bukan untukmu
Mereka tak sempurna,
sama juga halnya denganmu
Jangan risaukan celamu
ooo..
Mungkin mereka bulan,
Tapi ingat kau matahari
(Matahari) cahaya mereka darimu
(Menari, bernyanyi) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya,
(Bicara, bersorak, hey!!) lakukan yang kau suka,
(Hidupmu) bukan hidupnya,
Mereka tak sempurna,
sama juga halnya denganmu
Jangan risaukan celamu,
Mungkin mereka bulan,
Tapi ingat kau matahari
Cahaya mereka darimu
(Mataharimu..)
Buka hatimu dengar,
biar senang beralasan
Kuatkan langkah jiwamu
Waspada yang cemburu,
tak semua kutukan berlaku
Kuatkan langkah hatimu
(Menari, bernyanyi) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
(Bicara, bersorak, hey!!) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
Ooo..
Buktikan sekarang
Angkat penamu, tulis!
bila gemar menulis
Buktikan sekarang
Perkeras suaramu,
bila gemar menyanyi
Yeayeyeye!
(Menari, bernyanyi) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
(Bicara, bersorak, hey!!) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
(Menari, bernyanyi) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
(Bicara, bersorak, hey!!) lakukan yang kau suka
(Hidupmu) bukan hidupnya
(Menari, bernyanyi)
(Hidupmu)
(Bicara, bersorak hey!!)
(Hidupmu)
Uuuu...
Gimana? lagunya asyik kan? Hehehe. Groovy-groovy gimana gitu. Dan jelas gue langsung semangat kalo dengerin lagu ini, gue selalu senyum-senyum sendiri kalo dengerin liriknya, berasa Tulus itu lagi nasehatin gue lewat lagunya ini. Sebenernya pengen ganti judul lagu ini jadi 'Lagu Untuk Bulan', gitu, dan lirik yang 'Mungkin mereka bulan, tapi ingat kau matahari' pengen banget gue balik, biar semakin berasa kalo Tulus nyanyinya cuma buat gue seorang, pas banget gitu sama nama gue sendiri ini. Ngahaha *ditabok* *kepedean**maafkeun*.
Dan lagu inilah yang membuat gue belajar untuk cuek dengan omongan orang yang kadang-kadang nyelekit di kuping dan di hati. Lagu inilah yang bikin gue enggak peduli lagi dengan penilaian jelek dari orang tentang diri gue. Iya, gara-gara lagu ini gue masa bodoh sama orang-orang yang ngomongin gue dari belakang, nge-judge gue, menghakimi gue selayaknya mereka paling tahu diri gue ini kayak apa. Udah bener-bener nggak peduli, terserah mereka mau ngomongin gue kayak apa. Kalo mereka ngomongin jelek tentang gue, ya itulah gue yang mereka lihat. Kalo mereka ngomongin baik-baik tentang gue, ya sekali lagi, itu lah yang mereka lihat dari diri gue ini. Lo mau ngejelek-jelekin gue kayak apapun gue nggak peduli, mau benci, mau nggak suka, mau merendahkan gue, mau ngegosip-in gue, terserah. Toh, ini jalan hidup gue, gue yang menjalaninya bukan mereka. Mereka juga bukan yang ngasih gue duit, makan, tempat tinggal dan segala kebutuhan hidup gue. Gue nggak bakal jatuh (lagi) hanya karena omongan-omongan orang lain. Kalo ngedengerin orang melulu yang ada capek terus ini pikiran, jiwa, dan raga. Jadi ya mending cuek dan jadi diri sendiri aja. Menjalani hidup sesuai keinginan, kesukaan, dan selalu berbuat kebaikkan sekecil apapun, gue punya cara sendiri untuk membuktikan omongan mereka salah, suatu saat gue bakal bungkam mulut-mulut sotoy mereka itu dengan tindakan dan prestasi. Lagian, yang lebih tahu jalan hidup gue ini cuma gue sendiri dan Tuhan, cuma Tuhan yang boleh menilai gue dari yang buruk sampe yang baik. Cuma mau mengingatkan, lo mau nge-judge gue? Berjalanlah dulu menggunakan 'sepatu' gue. Lo mau menilai diri gue? Boleh. Asalkan nama depan elo itu Tuhan, kalo enggak ya silahkan aja beli kaca dulu siapa tahu lo butuh. Kita hanya manusia yang sama-sama nggak sempurnanya. Kita hanya manusia yang di hadapan Tuhan itu cuma butiran debu *kemudian nyanyi*.
Weits, malah jadi curhat colongan plus ceramah gini, yak? Hehehe. Yah, jadi intinya, lagu ini secara nggak langsung menyelamatkan jiwa gue yang waktu itu lagi galau akut, stress, kacau gara-gara omongan orang lain. Semoga pembaca khilaf setia blog gue ada yang lagi ngalamin hal yang sama kayak gue, terus dengerin lagu ini jadi sama-sama semangat dan bangkitnya kayak gue gini deh ya.
Okay, gue cukupkan postingan gue kali ini di sini. Semoga postingan gue ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Comment box terbuka bagi kalian yang ingin berkomentar!
Thank you for reading, guys! And Godblessya!
Picture by : Google.
Lagunya asik, pilihan katanya juga oke, mbak! :))
BalasHapusSalam kenal,
Ijal Fauzi
Iya, itu ciri khas lagunya Tulus. Pemilihan katanya selalu oke. :D
HapusSalam kenal juga yaaa. :))