Kenapa Magang di Jakarta?
"Kak, magang di mana?"
"Kok magang di Jakarta?"
"Kenapa nggak magang di Semarang aja?"
"Kok magangnya jauh banget sih?"
"Lhah? Kok kamu magang di situ?"
Itulah beberapa pertanyaan yang akhir-akhir ini sering gue terima semenjak gue mulai magang kerja di Jakarta. Terutama pertanyaan mengenai tempat magang kerja gue yang sebenernya nggak ada hubungannya sama sekali sama jurusan kuliah gue. Gue kuliah di jurusan Manajemen Pariwisata, sedangkan gue magang kerja di sebuah stasiun tv swasta di Jakarta sebagai reporter. Iye, gue sadar, sadar banget malah kalo antara jurusan kuliah dengan tempat magang kerja itu nggak ada sinkron-sinkronnya sama sekali. Nggak ada hubungannya, nggak nyambung babar blas. Makanya gue maklum kalo banyak temen-temen gue yang heran sama tempat magang kerja yang gue ambil, setiap mereka kaget dan heran, gue juga udah selalu mengantisipasinya sih. Mungkin ada 1 juta orang yang kaget sama kelakuan gue ini. *Ngok*
Karena banyak yang bertanya, heran, bingung, dengan pilihan tempat magang gue, gue lumayan males dan capek kalo harus cerita dan menjelaskan panjang lebar kenapa gue magang di Jakarta dan kenapa gue magang di stasiun tv swasta. Nggak semua orang bakal ngerti, paham dengan keputusan absurd yang gue ambil ini. Tapi, berhubung masih banyak yang tanya dan penasaran kenapa gue magang di stasiun tv swasta, maka dari itu sekarang ini gue sengaja menulis postingan ini. Di postingan ini gue akan cerita dan menjelaskan kenapa gue magang di stasiun tv swasta di Jakarta. Jadi kalo masih ada yang nanya, gue enggak perlu pusing cerita panjang lebar lagi dan tinggal kasih link postingan gue ini ke orang-orang yang masih penasaran dan bertanya-tanya.
Sebenernya ada dua alasan kenapa gue magang di stasiun tv swasta di Jakarta, sebenernya gue udah pernah bahas tentang tempat di postingan gue yang ini >>Here I am, tapi cuma sedikit dan sekilas aja. Nah, di sini gue akan menceritakan dua alasan gue tersebut dengan detail. Semoga yang bertanya-tanya atau yang masih penasaran bisa ngerti dengan keputusan yang sekarang gue ambil ini yak. Ihik.
Alasan yang pertama simple sih. Bekerja di dunia pertelevisian adalah cita-cita dan impian gue sejak kelas 10 SMA. Cita-cita yang 'terseleksi' dari banyaknya cita-cita yang gue impikan dari SD-SMP. Cita-cita yang dari pengen jadi pemain basket, psikolog, journalist-broadcasting, penulis, pengacara sudah gue pikirkan dari dulu dan lumayan bingung gue mau ambil yang mana nantinya. Setelah gue pikir panjang, bertanya-tanya sama diri sendiri dan hati, akhirnya hati gue mantap dengan pilihan menjadi journalist-broadcasting. Entahlah, gue suka aja kerja kayak gitu, kerja yang rutinitasnya beda setiap hari, kerja yang nggak cuma mantengin komputer berjam-jam di sebuah ruangan, kerja yang jam masuk kantornya fleksibel tanpa terpaut dengan jadwal yang sama setiap harinya, kerja yang di luar kantor, kerja yang memperbolehkan pegawainya berpakaian santai, bercelana panjang, bersepatu sneaker, dan tanpa perlu dandan pake make up yang rempong. Keluarga dan temen-temen terdekat yang pernah gue ceritain, sahabat-sahabat gue yang pernah baca "Dreams Note" gue, orang-orang yang pernah liat foto Instagram gue pasti tahu tempat kerja impian gue di mana, salah stasiun tv swasta yang udah mencuri perhatian gue sejak lama dan menjadikan tempat itu menjadi tempat kerja impian gue. Dan ya, sejak kelas 10 SMA itu hati gue udah nyangkut sama cita-cita ini dan nggak akan pernah mengubahnya dengan cita-cita yang lain lagi. Gue mantap dan yakin sama cita-cita gue ini. Maka dari itu, sejak kelas 10 juga gue udah kekeuh harus kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi kalo nantinya gue sudah lulus SMA.
Tapi sayangnya, setelah lulus SMA gue gagal masuk kuliah jurusan Ilmu Komunikasi di UNDIP. Gue enggak keterima di SNMPTN-nya dan enggak mencoba ujian Mandirinya karena udah hopeless dengan biaya gedungnya yang selangit. Kakak gue yang membiayai kuliah gue enggak mampu kalo harus membayar biaya gedungnya yang nauzubillah mahalnya itu. Jelas gue saat itu sedih banget dan enggak mau nunggu 1 tahun lagi buat mencoba ulang masuk UNDIP, gue enggak mau rugi umur, lagian gue masuk TK pun juga udah telat setahun, masa masuk kuliah juga harus telat setahun lagi, entar gue lulusnya ketuaan dong ya. Yaaah, jadi demi gue tetep bisa kuliah, akhirnya gue kuliah di kampus gue yang sekarang ini, (dengan berat hati) gue mengambil jurusan Manajemen Pariwisata yang sebelumnya enggak pernah gue pikirkan dan bayangin sama sekali. Alasannya? Ya karena biaya kuliah di kampus gue ini terbilang murah dan kata kakak dan Mama gue, yang penting gue bisa kuliah. Iya, gue nyasar kuliah di jurusan Manajemen Pariwisata ini, tapi enggak mengurungkan niat gue untuk menjadi journalist-broadcasting sama sekali. Impian gue tetep sama walaupun gue enggak kuliah di jurusan yang sesuai dengan cita-cita gue.
Dan jadilah saat gue harus mencari tempat magang kerja, gue bingung mau magang jadi apa dan di mana mengingat jurusan kuliah gue ini bukan apa yang gue minati, bukan passion gue. Mau magang di biro? Gue bukan manusia yang teliti kalo nantinya gue ditempatkan di bagian ticketing, gue manusia yang cepet bosen kalo nantinya ditempatkan di kantor administrasi atau kantor dinas, gue bukan manusia yang tertarik dan paham dengan yang namanya marketing. Magang di daya tarik wisata jadi guide atau tour leader? Ngomong di depan temen aja masih belepotan, gimana nanti kalo di depan banyak orang. Sumpah! gue bingung setengah mati menentukan tempat magang gue saat itu. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak gue sukai. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak sesuai dengan passion gue. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak bikin gue nyaman. Gue enggak mau kalo magang nanti yang gue pikirkan adalah kapan jam istirahat dan jam pulangnya. Gue enggak mau kalo pas magang gue banyak mengeluh dan menggerutunya. Kalo dipaksakan, gue udah bisa membayangkan betapa menderitanya gue magang di tempat yang nggak gue sukai. Apalagi magangnya ini selama 6 bulan, bisa-bisa 6 bulan ini malah berasa 6 tahun buat gue yang nggak nyaman dengan tempat magang gue itu. Pucing pala' Barbie, kak. Hiks.
Di saat gue masih bingung mau magang di mana, kakak cowok gue datang dengan tawaran yang menggiurkan buat gue. Dia mengajak gue buat magang di tempat kerjanya (stasiun tv swasta di Jakarta). Gue yang udah memimpikan ini dari lama jelas excited dong dengan tawaran dari kakak cowok gue ini. Tapi pertamanya gue ragu mau mengiyakan tawaran dari kakak cowok gue ini apa enggak. Secara jurusan kuliah gue nggak nyambung sama pilihan tempat magang kerja gue ini. Takutnya gue nggak diperbolehkan sama pihak kampus dan males juga kalo harus menjelaskan alasan kenapa gue malah magang di stasiun tv swasta bukannya di biro perjalanan atau di daya tarik wisata. Setelah mikir, mikir, mikir, akhirnya gue nekat aja mengiyakan tawaran dari kakak gue ini. Gue mikir, kapan lagi gue dapet kesempatan kayak gini? Kapan lagi gue bisa nyoba gimana rasanya kerja di dunia pertelevisian? Kapan lagi gue bisa dibantu nge-lobby magang di dunia pertelevisian sama kakak gue? Dan bisa aja pengalaman magang ini jadi batu loncatan buat gue yang memang pengen kerja di dunia pertelevisian nantinya kan. Okay-lah, bodo amat orang mau ngomong apa tentang pilihan tempat magang gue, bodo amat mau nyambung apa enggak sama jurusan kuliah gue, gue enggak peduli dengan komentar-komentar mereka yang tahu gue magang di mana, yang penting gue mendengarkan kata hati gue dan gue seneng dengan pilihan gue sendiri, toh yang bertanggung jawab sama keputusan ini ya diri gue sendiri, bukan orang lain. Setelah mantap dicampur nekat gue menerima tawaran kakak gue, mulai urus berkas-berkas magang (yang Puji Tuhan nggak dicurigai sama kampus :p), kakak cowok gue mulai membantu gue mengurusi kebutuhan magang gue, Mama pun mendukung keputusan gue, dan kakak cewek pun membolehkan gue nebeng tinggal di kosnya selama 6 bulan. So yeah, here I am, guys. Gue udah di Jakarta dan magang di stasiun tv swasta bareng kakak cowok gue. Udah sejak tanggal 1 September 2014 kemarin gue magangnya lho. Hehehe.
Lanjut ke alasan yang kedua, ini berhubungan dengan keadaan gue beberapa bulan ini yang lagi ngalamin mental breakdown gara-gara ada masalah sama kedua sahabat gue. Bisa dibacalah betapa desperate dan kacaunya gue menghadapi masalah ini dari curhatan-curhatan yang udah gue share di blog gue ini. Selama beberapa bulan kemarin, gue banyak sedih, galau, kecewa, sakit hatinya. Hampir setiap hari di Semarang gue lalui dengan bersedih terus. Sampe gue lupa rasanya bahagia. Dan sampe pada akhirnya ada banyak hal yang mengubah 180 derajat segala kesedihan gue. Ada banyak hal yang mengajari gue untuk memaafkan orang lain dan diri sendiri. Mengajari gue untuk mencintai diri gue sendiri dengan melepas segala kesedihan yang ada, mengikhlaskan semua yang udah terjadi. Ada yang mengajari gue untuk enggak terus-terusan melukai diri sendiri dengan rasa bersalah yang terus menghantui (baca aja >>Here I am) . Yap, gue sadar kalo selama gue sedih itu gue lupa membuat diri gue ini sendiri bahagia. Gue sadar gue terus-terus melalui hari gue dengan kemarahan, kekecewaan, sakit hati, dan segala hal negatif lainnya. Gue sadar, ketika gue menghadapi masalah ini, gue berubah menjadi orang yang dingin, cuek acuh tak acuh, insecure, dan menutup diri gue dari banyak orang. Gue sadar, gue ternyata udah capek ngalamin kayak gitu semua, gue capek menuruti segala ego gue, dan gue capek secara fisik, hati, pikiran, dan jiwa. Gue sadar, enggak seharusnya gue kayak gini, terus-terusan hidup nggak nyaman kayak gini, gelap, kelam, dan penuh kebencian.
Jujur aja, beberapa bulan ini hati gue emang penuh dengan kemarahan dan kebencian, entah itu pada mereka atau diri gue sendiri. Dan akhirnya gue sadar lagi, kalo gue menyimpan kemarahan dan kebencian, itu sama aja gue menyimpan akar kepahitan di dalam hati gue, yang bisa aja membuat hidup gue semakin penuh dengan hal-hal negatif lainnya. Menyadari hal itu semua, membuat gue pengen bangkit dan memperbaiki diri dan hidup gue, ya Puji Tuhan akhirnya gue bisa melepaskan semua beban yang ada. Gue udah bisa memaafkan mereka, terutama memaafkan diri gue sendiri, dan melupakan semuanya. Setelah gue berhasil melepas semua yang membelenggu gue, gue merasa butuh sesuatu dan suasana yang baru, bukan suasana kayak beberapa bulan kemarin yang selalu bikin gue sedih dan terus-terusan menangis. Gue butuh pengalaman baru, gue butuh membuka diri gue lagi, gue butuh membuat diri gue ini bahagia lagi, pergi menjauh dari mereka yang kayaknya udah benci sama gue setengah mati. Dan ya, harapan gue tertuju di Jakarta dan berusaha melupakan kejadian buruk yang gue alami beberapa bulan kemarin di Semarang. Gue berharap 6 bulan di Jakarta akan mengembalikan gue yang dulu atau bahkan mengubahkan gue menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Gue berharap bisa menemukan kebahagiaan lagi ketika gue hidup di Jakarta. Gue berharap Jakarta memenuhi segala kebutuhan baru gue ini, setelah melepas beban di pundak gue ini. Gue mengharap itu semua di Jakarta, kota yang belum kenal siapa gue, kota yang gue masih asing dengan tempat-tempatnya, jalan-jalannya, yang masih asing dengan kebiasaan-kebiasaannya. Semua yang di Jakarta adalah hal yang baru buat gue dan di sinilah gue mulai dari 0 lagi mencari segala kebahagiaan gue dan apapun itu yang membuat gue tersenyum lagi dan lupa sama yang namanya kesedihan. I want create my own happiness. I want heal my soul. I want fix my life.
Ya jadi itulah dua alasan yang membawa gue magang ke Jakarta sekarang ini dan 6 bulan kedepan. Dua alasan yang memantapkan gue untuk hidup di Jakarta dan untuk sementara meninggalkan Mama gue hidup sendirian di Semarang. Awalnya memang berat meninggalkan Mama gue sendirian, tapi mengingat lagi bahwa hati, jiwa, dan pikiran gue yang perlu di-upgrade, gue dengan kuat bisa meninggalkan Mama gue sendirian di rumah. Eh sebenernya ada satu alasan lagi deng kenapa magang di Jakarta, supaya gue bisa lebih gampang.................ketemu sama kesayangan gue, Denny Sumargo. Bahahahak. *Abaikan* *ditabok kakak-kakak gue* *namanya juga usaha*.:p
Semoga 6 bulan di Jakarta bukan hal yang sia-sia untuk gue lalui. Semoga Jakarta adalah keputusan yang terbaik yang udah gue ambil saat ini. So, begitulah ceritanya wahai kalian kaum yang heran-penasaran-kepo kenapa gue magang di stasiun tv swasta di Jakarta. Semoga postingan ini cukup menjelaskan dan menjawab pertanyaan kalian, ya. Magang di Jakarta ini adalah pilihan, keputusan, dan keinginan gue. Kalo elo merasa ini aneh bin nggak masuk akal, that's your problem and business, guys. Not mine. Elo-elo boleh judge atau mengomentari keputusan absurd gue ini. Tapi inget, yang menjalani hidup dan keputusan ini ya gue sendiri, bukan elo, kalian, atau siapapun itu. Gue, Bulan anak yang magang di tempat yang sesuai dengan kata hati, bukan yang sesuai dengan jurusan kuliah gue. Ngehehehe.
Okay-lah gue rasa cukup segitu aja penjelasan dari gue. Gue akhiri postingan gue di sini. Comment box terbuka bagi siapa pun yang pengen berkomentar!
Thank you for reading, guys! And Godblessya!
Picture by : My document.
Tapi sayangnya, setelah lulus SMA gue gagal masuk kuliah jurusan Ilmu Komunikasi di UNDIP. Gue enggak keterima di SNMPTN-nya dan enggak mencoba ujian Mandirinya karena udah hopeless dengan biaya gedungnya yang selangit. Kakak gue yang membiayai kuliah gue enggak mampu kalo harus membayar biaya gedungnya yang nauzubillah mahalnya itu. Jelas gue saat itu sedih banget dan enggak mau nunggu 1 tahun lagi buat mencoba ulang masuk UNDIP, gue enggak mau rugi umur, lagian gue masuk TK pun juga udah telat setahun, masa masuk kuliah juga harus telat setahun lagi, entar gue lulusnya ketuaan dong ya. Yaaah, jadi demi gue tetep bisa kuliah, akhirnya gue kuliah di kampus gue yang sekarang ini, (dengan berat hati) gue mengambil jurusan Manajemen Pariwisata yang sebelumnya enggak pernah gue pikirkan dan bayangin sama sekali. Alasannya? Ya karena biaya kuliah di kampus gue ini terbilang murah dan kata kakak dan Mama gue, yang penting gue bisa kuliah. Iya, gue nyasar kuliah di jurusan Manajemen Pariwisata ini, tapi enggak mengurungkan niat gue untuk menjadi journalist-broadcasting sama sekali. Impian gue tetep sama walaupun gue enggak kuliah di jurusan yang sesuai dengan cita-cita gue.
Dan jadilah saat gue harus mencari tempat magang kerja, gue bingung mau magang jadi apa dan di mana mengingat jurusan kuliah gue ini bukan apa yang gue minati, bukan passion gue. Mau magang di biro? Gue bukan manusia yang teliti kalo nantinya gue ditempatkan di bagian ticketing, gue manusia yang cepet bosen kalo nantinya ditempatkan di kantor administrasi atau kantor dinas, gue bukan manusia yang tertarik dan paham dengan yang namanya marketing. Magang di daya tarik wisata jadi guide atau tour leader? Ngomong di depan temen aja masih belepotan, gimana nanti kalo di depan banyak orang. Sumpah! gue bingung setengah mati menentukan tempat magang gue saat itu. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak gue sukai. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak sesuai dengan passion gue. Gue enggak mau magang di tempat yang nggak bikin gue nyaman. Gue enggak mau kalo magang nanti yang gue pikirkan adalah kapan jam istirahat dan jam pulangnya. Gue enggak mau kalo pas magang gue banyak mengeluh dan menggerutunya. Kalo dipaksakan, gue udah bisa membayangkan betapa menderitanya gue magang di tempat yang nggak gue sukai. Apalagi magangnya ini selama 6 bulan, bisa-bisa 6 bulan ini malah berasa 6 tahun buat gue yang nggak nyaman dengan tempat magang gue itu. Pucing pala' Barbie, kak. Hiks.
Di saat gue masih bingung mau magang di mana, kakak cowok gue datang dengan tawaran yang menggiurkan buat gue. Dia mengajak gue buat magang di tempat kerjanya (stasiun tv swasta di Jakarta). Gue yang udah memimpikan ini dari lama jelas excited dong dengan tawaran dari kakak cowok gue ini. Tapi pertamanya gue ragu mau mengiyakan tawaran dari kakak cowok gue ini apa enggak. Secara jurusan kuliah gue nggak nyambung sama pilihan tempat magang kerja gue ini. Takutnya gue nggak diperbolehkan sama pihak kampus dan males juga kalo harus menjelaskan alasan kenapa gue malah magang di stasiun tv swasta bukannya di biro perjalanan atau di daya tarik wisata. Setelah mikir, mikir, mikir, akhirnya gue nekat aja mengiyakan tawaran dari kakak gue ini. Gue mikir, kapan lagi gue dapet kesempatan kayak gini? Kapan lagi gue bisa nyoba gimana rasanya kerja di dunia pertelevisian? Kapan lagi gue bisa dibantu nge-lobby magang di dunia pertelevisian sama kakak gue? Dan bisa aja pengalaman magang ini jadi batu loncatan buat gue yang memang pengen kerja di dunia pertelevisian nantinya kan. Okay-lah, bodo amat orang mau ngomong apa tentang pilihan tempat magang gue, bodo amat mau nyambung apa enggak sama jurusan kuliah gue, gue enggak peduli dengan komentar-komentar mereka yang tahu gue magang di mana, yang penting gue mendengarkan kata hati gue dan gue seneng dengan pilihan gue sendiri, toh yang bertanggung jawab sama keputusan ini ya diri gue sendiri, bukan orang lain. Setelah mantap dicampur nekat gue menerima tawaran kakak gue, mulai urus berkas-berkas magang (yang Puji Tuhan nggak dicurigai sama kampus :p), kakak cowok gue mulai membantu gue mengurusi kebutuhan magang gue, Mama pun mendukung keputusan gue, dan kakak cewek pun membolehkan gue nebeng tinggal di kosnya selama 6 bulan. So yeah, here I am, guys. Gue udah di Jakarta dan magang di stasiun tv swasta bareng kakak cowok gue. Udah sejak tanggal 1 September 2014 kemarin gue magangnya lho. Hehehe.
Lanjut ke alasan yang kedua, ini berhubungan dengan keadaan gue beberapa bulan ini yang lagi ngalamin mental breakdown gara-gara ada masalah sama kedua sahabat gue. Bisa dibacalah betapa desperate dan kacaunya gue menghadapi masalah ini dari curhatan-curhatan yang udah gue share di blog gue ini. Selama beberapa bulan kemarin, gue banyak sedih, galau, kecewa, sakit hatinya. Hampir setiap hari di Semarang gue lalui dengan bersedih terus. Sampe gue lupa rasanya bahagia. Dan sampe pada akhirnya ada banyak hal yang mengubah 180 derajat segala kesedihan gue. Ada banyak hal yang mengajari gue untuk memaafkan orang lain dan diri sendiri. Mengajari gue untuk mencintai diri gue sendiri dengan melepas segala kesedihan yang ada, mengikhlaskan semua yang udah terjadi. Ada yang mengajari gue untuk enggak terus-terusan melukai diri sendiri dengan rasa bersalah yang terus menghantui (baca aja >>Here I am) . Yap, gue sadar kalo selama gue sedih itu gue lupa membuat diri gue ini sendiri bahagia. Gue sadar gue terus-terus melalui hari gue dengan kemarahan, kekecewaan, sakit hati, dan segala hal negatif lainnya. Gue sadar, ketika gue menghadapi masalah ini, gue berubah menjadi orang yang dingin, cuek acuh tak acuh, insecure, dan menutup diri gue dari banyak orang. Gue sadar, gue ternyata udah capek ngalamin kayak gitu semua, gue capek menuruti segala ego gue, dan gue capek secara fisik, hati, pikiran, dan jiwa. Gue sadar, enggak seharusnya gue kayak gini, terus-terusan hidup nggak nyaman kayak gini, gelap, kelam, dan penuh kebencian.
Jujur aja, beberapa bulan ini hati gue emang penuh dengan kemarahan dan kebencian, entah itu pada mereka atau diri gue sendiri. Dan akhirnya gue sadar lagi, kalo gue menyimpan kemarahan dan kebencian, itu sama aja gue menyimpan akar kepahitan di dalam hati gue, yang bisa aja membuat hidup gue semakin penuh dengan hal-hal negatif lainnya. Menyadari hal itu semua, membuat gue pengen bangkit dan memperbaiki diri dan hidup gue, ya Puji Tuhan akhirnya gue bisa melepaskan semua beban yang ada. Gue udah bisa memaafkan mereka, terutama memaafkan diri gue sendiri, dan melupakan semuanya. Setelah gue berhasil melepas semua yang membelenggu gue, gue merasa butuh sesuatu dan suasana yang baru, bukan suasana kayak beberapa bulan kemarin yang selalu bikin gue sedih dan terus-terusan menangis. Gue butuh pengalaman baru, gue butuh membuka diri gue lagi, gue butuh membuat diri gue ini bahagia lagi, pergi menjauh dari mereka yang kayaknya udah benci sama gue setengah mati. Dan ya, harapan gue tertuju di Jakarta dan berusaha melupakan kejadian buruk yang gue alami beberapa bulan kemarin di Semarang. Gue berharap 6 bulan di Jakarta akan mengembalikan gue yang dulu atau bahkan mengubahkan gue menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Gue berharap bisa menemukan kebahagiaan lagi ketika gue hidup di Jakarta. Gue berharap Jakarta memenuhi segala kebutuhan baru gue ini, setelah melepas beban di pundak gue ini. Gue mengharap itu semua di Jakarta, kota yang belum kenal siapa gue, kota yang gue masih asing dengan tempat-tempatnya, jalan-jalannya, yang masih asing dengan kebiasaan-kebiasaannya. Semua yang di Jakarta adalah hal yang baru buat gue dan di sinilah gue mulai dari 0 lagi mencari segala kebahagiaan gue dan apapun itu yang membuat gue tersenyum lagi dan lupa sama yang namanya kesedihan. I want create my own happiness. I want heal my soul. I want fix my life.
Ya jadi itulah dua alasan yang membawa gue magang ke Jakarta sekarang ini dan 6 bulan kedepan. Dua alasan yang memantapkan gue untuk hidup di Jakarta dan untuk sementara meninggalkan Mama gue hidup sendirian di Semarang. Awalnya memang berat meninggalkan Mama gue sendirian, tapi mengingat lagi bahwa hati, jiwa, dan pikiran gue yang perlu di-upgrade, gue dengan kuat bisa meninggalkan Mama gue sendirian di rumah. Eh sebenernya ada satu alasan lagi deng kenapa magang di Jakarta, supaya gue bisa lebih gampang.................ketemu sama kesayangan gue, Denny Sumargo. Bahahahak. *Abaikan* *ditabok kakak-kakak gue* *namanya juga usaha*.:p
Semoga 6 bulan di Jakarta bukan hal yang sia-sia untuk gue lalui. Semoga Jakarta adalah keputusan yang terbaik yang udah gue ambil saat ini. So, begitulah ceritanya wahai kalian kaum yang heran-penasaran-kepo kenapa gue magang di stasiun tv swasta di Jakarta. Semoga postingan ini cukup menjelaskan dan menjawab pertanyaan kalian, ya. Magang di Jakarta ini adalah pilihan, keputusan, dan keinginan gue. Kalo elo merasa ini aneh bin nggak masuk akal, that's your problem and business, guys. Not mine. Elo-elo boleh judge atau mengomentari keputusan absurd gue ini. Tapi inget, yang menjalani hidup dan keputusan ini ya gue sendiri, bukan elo, kalian, atau siapapun itu. Gue, Bulan anak yang magang di tempat yang sesuai dengan kata hati, bukan yang sesuai dengan jurusan kuliah gue. Ngehehehe.
Okay-lah gue rasa cukup segitu aja penjelasan dari gue. Gue akhiri postingan gue di sini. Comment box terbuka bagi siapa pun yang pengen berkomentar!
Thank you for reading, guys! And Godblessya!
Picture by : My document.
Wah lama banget magangnya. Sukses, ya!
BalasHapusIya ketentuan kampus tuh. Terima kasih, sukses juga buat kamu. :)
HapusSama-sama, gue nggak nyangk postingan gue bisa berpengaruh sama lo.
BalasHapusGood luck, bro buat kegiatan magangnya! :)
kak, aku jurusan komunikasi undip dan pengen bgt magang di jakarta, semester depan aku udah wajib ambil magang
BalasHapustips2nya gmn ya ka biar keterima magang di broadcasting? kebetulan aku ambil penjurusan jurnalistik
plis bales ya kaa, makasiiih ����
Halooo, maaf ya baru bales sekarang. Tipsnya sih ya, jangan minder, harus percaya diri, harus bisa adaptasi di lingkungan baru dengan cepat, pokoknya yakin sama diri sendiri aja kalo kamu mampu, sama nyebar cv magangnya jangan cuma satu tempat aja ya biar peluang keterimanya banyak juga.
HapusSemangat magangnya!