Sudut Kenangan : Gramedia
Beberapa hari yang lalu, gue main ke Gramedia Pandanaran yang ada di kota gue, kota Semarang. Gramedia adalah salah satu tempat favorit keluarga gue untuk menghabiskan waktu bersama. Saat di Gramedia itu, gue langsung merasa semua kenangan dan memori yang udah terlewat dulu kembali terulang ketika gue berada di dalam Gramedia tersebut. Gue melihat semua sudut yang ada di Gramedia, seakan menceritakan kembali semua kejadian yang pernah gue dan keluarga alami. Terutama kenangan bersama almarhum Papa gue. Karena beliaulah yang memperkenalkan Gramedia ke keluarga. Kegemaran beliau membaca buku, beliau tularkan kepada anak-anaknya. Kegemarannya beliau membeli buku, beliau tularkan ke anak-anaknya. Gramedia, bagi keluarga gue adalah surga dunia buat kami. Surganya pecinta buku, surganya keluarga kutu buku, surganya para pencari jendela ilmu, surganya para pencari informasi dan hiburan lewat kata-kata dan berlembar-lembar kertas. Gramedia, menuliskan banyak kenangan gue bersama keluarga, terkhususnya almarhum Papa gue.
Gue masih inget sudut favorit setiap anggota keluarga gue. Papa yang selalu berkutat di sudut buku-buku keagamaan, filsafat, psikologi, dan politik. Kakak cowok gue yang juga tidak pernah bosan mencari pengetahuan di sudut buku-buku politik. Kakak cewek gue dengan segala keahliannya mencari buku-buku bagus di sudut novel terjemahan dan novel Indonesia dewasa. Mama gue yang selalu lebih tertarik dengan bacaan-bacaan ringan seperti majalah-majalah wanita atau buku resep masakan. Sedangkan gue? dengan sifat masih kekanak-kanakkannya gue, gue menikmati keberadaan gue di Gramedia di sudut-sudut komik dan memilihnya sesuai kesukaan gue dan walau terkadang hanya memilih sekedar dari covernya yang menarik perhatian gue tanpa tahu ceritanya tentang apa.
Gue juga masih inget, Gramedia adalah tempat wajib yang harus kami kunjungi setiap bulannya bersama keluarga. Entah, ini sudah menjadi rutinitas keluarga kami. Enggak ada bulan yang kami lewati tanpa berkunjung ke Gramedia. Mungkin ini cara Papa untuk membiasakan anak-anaknya untuk membaca. Dan setiap ke Gramedia, Papa selalu mengizinkan anak-anaknya memilih dan membeli buku-buku yang disukainya. Papa selalu meminimalkan anak-anaknya untuk memilih dan membeli 2 buku. Jadi, enggak pernah kami sekeluarga keluar dari Gramedia tanpa menenteng tas kresek berlogo Gramedia. Sepeninggalnya Papa, rutinitas ini agak berkurang, karena gue kalo udah masuk ke Gramedia pasti kalap dengan buku-buku bagus dan pengen rasanya gue beli semua. Tapi keadaan sekarang ini beda saat Papa masih ada. Untuk membeli satu buku aja, gue harus mati-matian menabung selama berbulan-bulan. Kalo masih ada Papa, sebanyak apapun buku yang gue mau beli, pasti beliau belikan. Hiks :')
Selain membeli dan mencari buku-buku bacaan. Gramedia tempat gue membeli segala keperluan alat tulis gue. Masih gue inget, pena favorit Papa gue yang selalu beliau beli di Gramedia. Kemarin saat gue melihat counter Parker, gue tanpa sadar tersenyum, karena dulu gue selalu bisa melihat sosok Papa gue yang lagi memilih-memilih pena kesukaannya dan akhirnya membelinya. Gue juga, selalu suka membeli alat tulis di Gramedia, gue selalu merengek manja ke Papa gue untuk dibelikan segala alat tulis yang menarik di mata gue, padahal gue masih punya alat tulis tersebut di rumah. Tapi, Papa nggak pernah menolak permintaan anak bungsunya yang manja ini. Beliau dengan cekatan selalu membantu gue untuk memilih alat tulis yang akan gue beli, tanpa pernah memarahi atau menegur gue yang masih punya persediaan alat tulis di rumah.
Gue juga inget, untuk pertama kalinya Papa gue membelikan bola basket untuk gue di Gramedia Pandanaran ini. Bola basket merah ber-merk Spalding yang membuat anak terkecilnya senyum-senyum dan tidak mau melepaskan tangannya dari bola basket pertamanya itu sepanjang hari. Yah, walaupun 3 tahun kemudian bola itu akhirnya rusak karena setiap hari gue bawa ke sekolah untuk digunakan bermain basket bersama temen-temen gue sepulang sekolah. Gue masih inget, bola itu sudah nggak berbentuk bundar dan hancur total setelah berkali-kali bola kesayangan ini gue pake dan gue hentakkan di lapangan basket. Dan, Papa enggak pernah marah ketika beliau tahu bola kesayangan gue yang beliau belikan untuk gue rusak dan sudah nggak berwujud bola lagi.
Gue juga inget, untuk pertama kalinya Papa gue membelikan gue dan kakak perempuan gue sepatu roda. Usaha dari rengekkan gue dan kakak perempuan gue yang akhirnya membuat Papa gue mau membelikan sepatu roda untuk kami masing-masing. Padahal gue tahu, harga satu pasang sepatu roda itu cukup merogoh kocek dalam-dalam. Tapi tanpa beban dan bermaksud ingin menyenangkan hati anak-anaknya, Papa langsung membelikan dua pasang sepatu roda untuk gue dan kakak perempuan gue. Lagi-lagi barang yang Papa belikan di Gramedia tersebut mampu membuat anak-anaknya nggak berhenti tersenyum seharian. Dan yang paling lucu, sekalipun di dalam rumah, kami berdua tetap kekeuh menggunakan sepatu roda tersebut saking senangnya kami berdua saat itu. Yah, walaupun beberapa bulan kedepan kami berdua sudah bosan dengan sepatu roda kami dan akhirnya sepatu roda tersebut tergeletak begitu saja tanpa ada yang menggunakannya lagi. Sekali lagi, Papa gue enggak marah melihat dua pasang sepatu roda yang tergeletak di sudut rak sepatu.
Gue juga inget, dulu gue pernah ngambek sama Papa gue entah karena apa alasannya gue ngambek sama Papa gue. Dulu, gue kalo ngambek selalu betah berdiam diri di dalam kamar tanpa mengajak bicara siapapun termasuk Papa gue. Tapi dengan rayuannya yang lembut dan candaannya yang renyah, beliau berhasil mengajak gue bicara dan dengan spontan beliau mengajak gue ke Gramedia. Awalnya gue yang masih betah ngambek enggak tertarik dengan ajakan Papa gue. Ngapain ke Gramedia, toh gue lagi enggak mau beli buku. Dan dengan senyuman khasnya, beliau bilang "Udah, ikut aja. Nanti nyesel loh". Itu kata-kata beliau yang menggoda gue yang akhirnya berhasil membuat gue luluh dengan ajakan beliau. Gue yang masih bertahan ngambek cuma diem waktu kita sekeluarga nyampe di Gramedia. Dan tanpa banyak omong, Papa gue menggandeng gue ke sudut peralatan olahraga. Dan langsung menunjuk ke sebuah alat permainan yang saat itu lagi booming-boomingnya di kalangan anak-anak.Ya, Papa gue menunjuk sebuah Otoped. Tahu kan Otoped? pasti tahu dong ya. "Kamu mau ini nggak? Papa beliin buat kamu ya, tapi jangan ngambek lagi. Ok?" kata Papa ke gue yang masih bengong karena Papa menunjuk mainan yang sebenernya gue pengen banget tapi belum berani bilang untuk minta. Dengan sumringah dan lupa kalo lagi ngambek, gue langsung mengangguk-anggukkan kepala gue saking senengnya. Sebelum Otoped itu dibungkus, dibayar, dan dibawa pulang, gue dibolehin sama pegawainya buat nyobain Otoped tersebut. Menyenangkan! dan pengen cepet-cepet bawa alat ini pulang buat main di rumah. Di perjalanan pulang, Papa gue pun masih aja sempet menggoda gue, " Tuhkan, coba tadi nggak ikut. Pasti nyesel kan?". Gue hanya menyeringai mendengar perkataan Papa. Seketika itu juga gue enggak ngambek lagi. Hehehe.
Gue juga inget, dulu ketika Disc Tarra masih ada di Gramedia Pandanaran ini, tempat itu menjadi tempat wajib didatangi setelah membeli buku-buku. Di tempat ini, Papa selalu menyempatkan diri buat beli CD atau (zaman itu masih) kaset-kaset musisi-musisi favoritnya Papa. Atau terkadang, sekedar membelikan anak-anaknya CD film anak-anak atau film keluarga. Yah, salah satunya CD-CD film kartun Disney dan serialnya Air Bud. Sayang, sekarang Disc Tarra udah enggak ada di Gramedia Pandanaran :)).
Yah, kurang lebih seperti itulah kenangan-kenangan gue bersama Papa di Gramedia. Gramedia Pandanaran Semarang yang menyimpan banyak kenangan gue bersama Papa. Sekalipun kami sekeluarga lagi ada di luar kota, toko buku seperti Gramedia, Kharisma, Gunung Agung, tetap menjadi tempat wajib untuk kami kunjungi. Entah, memang keluarga pecinta buku, jadi lebih suka ke toko buku daripada sekedar pergi ke mall-mall yang kadang enggak ada manfaatnya. Gramedia punya sejuta kenangan gue bersama Papa. Dan enggak pernah bisa dibuat lupa ketika gue berkunjung ke Gramedia sendirian. Terkadang, ketika gue ke Gramedia, gue enggak langsung melihat-lihat buku yang berjejeran. Tapi gue malah melihat sekeliling Gramedia terlebih dahulu dan flashback dengan kenangan-kenangan yang ada lalu berakhir dengan senyuman di bibir gue. Iya, Gramedia masih tempat favorit gue untuk mencari-cari buku dan mengingat lagi semua kenangan yang pernah ada di tempat ini. Gue bisa mendadak mellow kalo lagi di Gramedia. Tempat yang cukup keren untuk menyimpan semua kenangan indah bersama orang tersayang gue :)).
Anyway, hari ini ulang tahunnya Papa gue, ini sebabnya gue mengenang semua kenangan gue bersama beliau di Gramedia. Sebenernya banyak sudut kenangan gue bersama Papa, enggak cuma di Gramedia. Tapi karena beberapa hari yang lalu gue baru aja main ke Gramedia, jadi semua kenangan yang ada di Gramedia itulah yang dateng ke otak gue dan akhirnya malah senyum-senyum sendiri karena gue masih mengingat semuanya dengan baik :).
Jadi.. Happy birthday, my dearest Dad. My best father, partner, bestfriend, boyfriend and my everything. Anakmu yang paling kecil dan manja ini merindukanmu, Papa. Andai kita masih bisa melakukan rutinitas kita yang selalu berkunjung ke Gramedia dan menghabiskan waktu di sana dengan buku-buku kesukaan kita masing-masing. Semoga di kehidupan berikutnya, aku bisa ketemu Papa sesegera mungkin, berkumpul lagi, dan melakukan rutinitas yang biasanya kita lakukan bersama-sama lagi. Bahagia di sana ya, Pa. Rindu dan cintaku untukmu, tak akan pernah habis. Kalo kata Sandy Sandoro sih, tak pernah padam Pa.. :))
Happy Birthday Papa!
Much love and miss you so.
Xoxo! :)
With love,
Your little annoying naughty daughter :) :*
Duhhh terharuuu :')
BalasHapusTerima kasih :) *ambilin tissue*
HapusTerharu banget Mbak. Kenangan yang tak akan pernah hilang dari ingatan Mbak:') *kunjunganbalik
BalasHapusIya, nggak bakal lupa pokoknya. :))
HapusTerima kasih, aku sudah blogwalking di blogmu, tapi belom sempet komentar. Nanti aku sempetin yak. :)