Here I am
Mengawali postingan gue dengan quote di atas yang berhubungan dengan apa yang gue alami akhir-akhir ini. Pengen sharing aja di blog gue ini, sapa tahu yang pada khilaf baca postingan blog gue jadi mendapatkan hikmah dari postingan gue kali ini. *apeu*
Untuk yang pernah baca-baca blog gue ini, pasti tahu gue pernah tulis postingan curhatan di blog ini. 3 postingan lagi, jadi kalo pengen tahu ya silahkan aja cari-cari 3 postingan tersebut di blog gue ini, gue curhat tentang sahabat-sahabat gue dan permasalahannya, yang lumayan bikin gue stress beberapa bulan ini.
Kalo udah ada yang pernah baca pasti tahu betapa galau dan downnya gue menghadapi masalah yang ada. Dari curhatan gue, kelihatan banget kalo gue stress dan udah nggak tahu mau gimana lagi, gue hopeless dengan keadaan yang ada. Sampe-sampe gue udah males banget curhat sama siapapun, curhat terakhir itu dengan kakak perempuan beda ayah beda ibu gue via BBM. Lumayan, curhat dengan dia itu bisa bikin hati gue lega dan bisa bikin gue berpikiran positif lagi. Karena jujur aja, gue curhat ke orang-orang yang gue sebut sahabat aja itu nggak bisa menenangkan hati gue dan ngerasa mereka nggak bakal ngerti apa yang gue rasain saat itu. Setelah gue curhat sama kakak gue itu, gue enggak curhat sama siapapun lagi. Gue udah males menceritakan segala permasalahan gue. Gue pun merasa nggak bakal ada yang bisa nolong gue kecuali diri gue sendiri dan Tuhan, dan sebenernya gue juga enggak mau membebani orang lain dengan kesedihan gue yang udah akut. Yah, jadinya gue menutup diri gue sendiri dari sahabat-sahabat gue, gue menutup segala kesedihan, kekecewaan, sakit hati gue dari mereka semua. Gue memendam semuanya sendirian, menahan sakit, marah, dan tangis sendirian tanpa menceritakan itu semua sama sahabat-sahabat gue. Gue juga menutup diri gue untuk tidak mempedulikan keadaan sahabat-sahabat gue yang lainnya yang terkadang juga ada masalah. Gue udah nggak pernah menanyakan apa yang terjadi sama mereka kalo mereka bikin status galau di BBM dan sebagainya. Egois ya? Iya gue sadar gue egois banget waktu itu, tapi di satu sisi keadaan diri gue sendiri pun juga masih kalut dan nggak karuan. Daripada gue menambah beban di pikiran gue, lebih baik gue memperbaiki diri gue sendiri dulu barulah gue mulai membuka diri gue lagi seperti dulu.
Beruntungnya, gue bisa introspeksi diri gue sendiri selama liburan semester yang cukup lama ini. Dengan adanya liburan semester ini, stress gue berkurang karena gue jarang ketemu sahabat-sahabat gue yang lagi ada masalah sama gue itu. Selama liburan, gue banyak membaca tulisan-tulisan keren entah dari buku maupun internet. Ya lebih banyak sih di internet ya, dan di internet gue menemukan banyak tulisan bagus yang pas banget sama keadaan dan kondisi gue. Gue menemukan banyak tulisan yang perlahan-lahan menguatkan diri gue sendiri dan menyemangati gue dari kesedihan akut gue. Dan tulisan yang paling menohok buat gue adalah, tulisan di blognya Alexander 'Amrazing' Thian yang berjudul 'You Deserve to Be Happy'. Artikel itu seakan-akan menjawab semua kegalauan dan kesedihan yang gue alami kurang lebih 2 bulan ini. Dan dari artikel itu, entah mengapa gue seakan mendapatkan kekuatan baru, gara-gara artikel itu gue berani untuk bangkit lagi, gue yang sampe lupa gimana caranya senyum yang tulus, akhirnya bisa tersenyum selebar mungkin setelah baca artikel itu. Dan tanpa sadar, gue menangis setelah selesai membaca artikel itu. Kata-kata yang paling gue suka dari artikel itu adalah..
"Everybody deserve to be happy. You think there's something wrong about your life? Fix it. Change it. Whining about it won't do you any good.
And you know what? You don't need anybody to make you happy, Instead of depending on someone else, why don't you create your own happiness? It could be as simple as realising you're still breathing, that you're given another day to live, that you're given another chance to do something good for yourself or for people around you."
Dari kata-kata itu, gue sadar, kalo gue lupa bikin diri gue sendiri ini bahagia, gue lebih banyak sedihnya daripada bahagianya. Gue lebih banyak menangisnya daripada tertawa lepasnya. Gue lebih banyak galaunya daripada tersenyumnya. Gue lupa akan itu semua karena permasalahan ini. Gue lupa sama diri gue sendiri karena terlalu memikirkan kedua sahabat gue yang pada akhirnya lebih memilih untuk menjauhi gue. Gue lupa mengurusi diri gue sendiri dan lebih banyak mengurusi bagaimana cara gue bisa baikan lagi sama kedua sahabat gue itu. Iya, gue melupakan segala hal tentang diri gue sendiri. Dan dari artikel tersebut, gue belajar untuk menerima segala yang ada, menerima keadaan yang sebenernya enggak gue pengenin untuk terjadi. Gue belajar untuk memaafkan mereka dan terutama memaafkan diri gue sendiri karena guenya yang terlalu larut dalam kesedihan sampe-sampe lupa harus bahagia. Gue belajar untuk menyayangi diri gue sendiri lagi sebelum gue menyayangi orang lain. And you know what? it's kinda hard to forgiving myself. Berat banget, karena setiap gue mencoba untuk memaafkan diri gue sendiri, segala rasa bersalah dan tindakan-tindakan bodoh yang pernah gue lakukan itu selalu datang membayang-bayangi gue lagi dan membuat gue bersedih lagi. Gue baru sadar, untuk memaafkan diri sendiri itu adalah sebuah hal yang cukup susah untuk dilakukan. Tapi seiring berjalannya waktu, dengan gue memaafkan dan menyayangi diri gue sendiri, segala kesedihan dan galau gue perlahan-lahan menghilang. Gue udah enggak gampang kecewa atau sakit hati lagi kalo melihat kedua sahabat gue melakukan sesuatu yang nggak berkenan di hadapan gue. Gue udah bisa menerima semuanya dengan ikhlas dan lapang dada. Hidup gue perlahan terasa ringan walaupun gue belum bisa menemukan kebahagiaan gue lagi. Yah, setidaknya gue bisa lepas dari segala kesedihan dan kekecewaan yang membelenggu gue akhir-akhir ini. Hidup gue terasa lebih baik ketika gue bisa memaafkan dan menyayangi diri gue sendiri ini. :)
Selain itu, dari artikel yang gue baca itu, gue menyadari satu hal lagi. Selama gue jauh dari kedua sahabat gue ini, nggak jarang gue merasakan perasaan yang namanya kangen. Iya, terkadang gue kangen untuk bisa kayak dulu lagi sama mereka, gue kangen menjalani hari-hari gue bareng mereka. Tapi setelah baca artikel itu, gue tahu apa yang sebenarnya gue rindukan, I realized that I don't miss them. I miss being happy, and they are simply a face in all my good memories. They have left a whole where my heart was, though it is not them I miss, but my heart. Ya, gue kangen untuk bisa berbahagia lagi, tertawa dan senyum lepas lagi kayak dulu. Kayak yang gue bilang di atas, gue lupa untuk membahagiakan diri gue sendiri karena gue lebih banyak bersedihnya. Iya, gue lupa gimana rasanya bahagia yang sesungguhnya. Maka dari itu, gue mencari cara untuk bisa membuat diri gue ini merasakan lagi yang namanya bahagia. Toh, katanya Koh Alexander 'Amrazing' Thian, everybody deserve to be happy. So do I, dong ya! :))
Nah, setelah gue merasa hidup gue lebih ringan daripada yang sebelumnya, mulailah gue mencari cara untuk membahagiakan diri gue sendiri. Gue udah capek sama yang namanya sedih. Capek kecewa. Capek sakit hati. Capek nangis-nangis terus. Gue capek dengan keadaan yang nggak ada semangat dan terus terpuruk ini, maka dari itu, gue harus bahagia, orang lain bisa, kenapa gue enggak kan ya? Dan berhubung gue yang bulan September sudah masuk semester 5 ini diwajibkan untuk mengambil magang selama 6 bulan. Awalnya gue bingung mau magang di mana, jurusan Manajemen Pariwisata ini memang bisa mengambil magang di tempat-tempat seperti biro perjalanan, travel agent, atau daya tarik wisata. Tapi gue bukan tipe orang yang suka bekerja di dalam kantor, menghadap komputer/laptop, dan dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Mau jadi guide pun gue enggak terlalu fasih untuk berbicara di depan umum. Haha. Kok nggak mau semua? Yaa, FYI aja, gue nyasar kuliah di jurusan Manajemen Pariwisata ini, ya jadinya gini ini kalo kuliah enggak sesuai dengan passion kita. Kapan-kapan deh, gue cerita kenapa gue kuliah di jurusan yang enggak sesuai dengan passion gue di blog ini. Hehehe.
Dan setelah bingung-bingung, kakak cowok gue yang kerja di salah stasiun televisi swasta di Indonesia menawarkan gue buat magang di tempat kerjanya. Gue tahu itu enggak nyambung sama sekali dengan jurusan kuliah gue, tapi kerja di dunia pertelivisian adalah passion dan cita-cita gue dari dulu. Orang-orang terdekat gue pasti tahu kerjaan dan tempat kerja apa yang sudah gue impikan dari dulu sampe sekarang. Jelas, gue bingung mau terima apa enggak tawaran dari kakak cowok gue tersebut. Kalo diterima nanti gue ngejelasin ke kampusnya gimana kalo gue magang di tempat yang nggak ada ilmu pariwisatanya sama sekali. Sedangkan, kalo gue tolak, gue juga bingung mau magang di mana dan gue enggak mau magang di tempat yang enggak gue suka. Nggak ngebayangin kan 6 bulan magang di tempat yang lo enggak sukai sama sekali? Yang ada 6 bulan itu bakal terasa berat, lama, dan yakinlah gue bakal lebih banyak mengeluhnya kalo kayak gitu. 6 bulan kan bukan waktu yang cepet, jadinya gue enggak mau kalo gue enggak ada semangatnya sama sekali kalo berangkat magang. Gue enggak mau menggerutu, gue enggak mau ngeliatin jam terus dan pengen cepet-cepet pulang kalo pas magang. Gue enggak pengen ngerasa nggak nyaman di tempat magang gue. Dan pada akhirnya, gue memilih untuk menerima tawaran magang di tempat kerjanya kakak cowok gue, televisi swasta yang pada masa Pilpres merupakan stasiun televisi yang paling dibully *you know what I meanlah* *enggak mau sebut merk ah. hehe*. Yeah, it's all about passion, I'll do anything for reach that. I know I break the rules but I don't care. Bodo amatlah sama yang kaget, heran, dan bertanya-tanya dengan pilihan tempat magang gue. Gue juga enggak peduli dengan komentar-komentar orang lain tentang tempat magang gue. Ini hidup gue, yang menjalaninya gue sendiri, bukan orang lain ditambah Mama dan kedua kakak gue mendukung gue magang di Jakarta, apalagi kakak-kakak gue itu siap membantu keperluan dan kebutuhan gue selama hidup di Jakarta. Walaupun merantau di Jakarta itu bukan berarti gue enggak ada ketakutan sama sekali. Ketakutan itu jelas ada, apalagi gue bergolongan darah A, yang emang sukanya mengkhawatirkan segala sesuatunya berlebihan. Ketakutan gue di Jakarta adalah............gue takut nyasar. Daya ingat otak gue ini memang mirip daya ingat otaknya ikan Dori, gampang lupa dan bingung, apalagi masalah rute jalan. Gue enggak pernah bisa mengingat rute jalan dengan cepat, harus 4-5 kali melewati rute jalan yang sama baru gue bisa nginget rute jalan tersebut dengan baik. Enggak tahu kenapa kalo nginget rute jalan itu nauzubillah banget susahnya. Jalan masuk gang ke kos-kosan kakak cewek gue aja enggak inget, apalagi jalan-jalan Jakarta yang banyak, ruwet bin macet itu. Tapi kata Coldplay "You'll never know when you never try", jadi gue tepis deh ketakutan gue itu dan mulai memberanikan diri gue sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru di kehidupan gue. Doakan gue biar bisa cepet hapal sama jalanan Jakarta yak.
So, yeah! Here I am. Gue udah di Jakarta sejak tanggal 29 Agustus kemarin. Sejujurnya, meninggalkan kota Semarang dan merantau di Jakarta adalah hal terberat juga bagi gue. Karena gue harus meninggalkan Mama gue seorang diri di Semarang. Di rumah memang gue cuma tinggal berdua sama Mama gue doang. Kedua kakak gue udah merantau duluan ke Jakarta dan gue masih kuliah di Semarang. Beraaaaat banget ninggalin Mama gue sendirian tak berkawan. Enggak jarang gue khawatir kalo beliau kenapa-kenapa sendirian di rumah. Tapi Mama gue tetep mendukung pilihan dan keputusan gue. Toh, ini juga demi masa depan gue. Yaudah deh akhirnya gue berangkat ke Jakarta walaupun sempet mewek juga waktu gue pergi ninggalin Mama gue, apalagi gue ninggalin Mama itu H-2 dari hari ulang tahunnya beliau. *Jadi, hari ini Mama gue berulang tahun dan gue enggak bisa berada di sisisnya, Happy birthday Momski.. :')*.
Dan yap, besok adalah hari pertama gue kerja di tempat magang gue. Cuma bisa berdoa yang terbaik supaya gue bisa betah dan akhirnya menemukan kebahagiaan gue lagi di Jakarta ini. Merantau ke Jakarta adalah pilihan gue, gue mencoba mencari kebahagiaan gue lagi di sini, gue mau melupakan segala hal yang udah gue lalui dan membuka lembaran baru gue di Jakarta, gue mau bahagia lagi, walaupun alasan bahagianya bukan karena kedua sahabat gue itu lagi. Gue pantes untuk hidup bahagia dan gue bersyukur karena akhirnya gue bisa melepas segala kesedihan gue selama ini, gue juga bersyukur dengan adanya permasalahan kayak gini, tanpa gue sadari gue menjadi lebih dewasa dari sebelumnya, gue menjadi manusia yang lebih berhati-hati lagi dalam bertindak, jadi gambar quote di atas itulah yang menggambarkan gue yang sekarang ini "I am not what has happened to me. I am what I choose to become" and yeah, I choose to be happy. Dan semoga keputusan gue ini adalah keputusan yang terbaik. Semoga 6 bulan di Jakarta bisa mengubah gue menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Semoga gue bisa menemukan apa yang gue cari selama ini di Jakarta, syukur-syukur dapet jodoh juga deh ya *duileeeh* *namanya juga usaha*. Dan akan gue usahakan menceritakan semua pengalaman gue selama hidup di Jakarta di blog ini. Berdoa yang terbaik buat diri sendiri dan sahabat-sahabat gue yang magang di tempat lain. Bertemu di 6 bulan kedepan ya, guys. Goodluck dengan tempat magang masing-masing, sukses buat gue dan kalian semua, semoga dipertemukan dengan keadaan yang baik lagi di 6 bulan kedepan. Dan kalian siapapun yang membaca postingan gue ini, jika berkenan doakan yang terbaik buat gue ya, doakan semuanya lancar selama 6 bulan magang di Jakarta ini. Jangan capek untuk terus membaca postingan-postingan gue yang kadang gaje ini. Hehehe.
Okaylah, gue akhiri postingan gue kali ini di sini. Terima kasih sudah membacanya ya. Comment box terbuka untuk kalian semua yang ingin berkomentar.
Remember, everybody deserve to be happy. Go and find your own happiness!
Thank you and Godblessya all!
Picture by : Google.
postingan yg lagi gue cari-cari, karena gue lagi mengalami mental breakdown. Cukup susah buat bangkit ya... seenggaknya postingan ini sedikit memotivasi gue dan mengingat semua kebahagian yg gue ciptain sendiri selama ini. Duh maap jadi curhat :p
BalasHapusWell, goodluck ya buat magangnya, dan hati -hati ya hidup dijakarta keras, hahaha..
Salam kenal :)
Haha iya, kalo udah kena mental breakdown itu susah banget buat bangkit. Tonggal kitanya aja, mau berdamai sama diri sendiri apa enggak.
HapusCiye curhat, ikut seneng deh kalo postingan ini bisa memotivasi km walaupun sedikit. :p
Terima kasih, bakal hati-hati kok di Jakarta. :D
Salam kenal juga ya.