Dan Lagi



Dan tangisan saya pecah lagi ketika membaca pesan terakhir yang mengatakan kamu ingin pergi.

Sakit. 

Luar biasa. 

Seketika dada sesak dan air mata saya tidak bisa terbendung lagi.

Lagi, ya Tuhan?

Rasa sakit yang luar biasa saya rasakan lagi. 

Meskipun saya juga berniat pergi meninggalkannya, tapi mengapa rasa sakitnya sehebat ini?



Meskipun saya tahu dari awal kita sudah salah, mengapa saya bisa sedalam ini mencurahkan perasaan?

Setelah sekian kisah yang gagal, hati saya kembali patah dan hancur berkeping-keping. Luka lama yang belum sembuh pun semakin menganga lebar.

Saya tidak paham apa yang sedang saya alami saat ini.

Ada banyak pertanyaan yang belum sempat saya sampaikan kepada tuan yang datang hanya untuk singgah sejenak. 

Tuan, kau tahu apa yang sedang saya hadapi selama ini, kau tahu semuanya, tapi mengapa kamu malah menjadi sama mereka, yang datang menyentuh hati tapi tak berniat menetap. 

Tuan, mengapa kamu datang meski tahu dirimu sudah tak sendiri lagi dan tak berniat untuk menyelesaikan hubungan lamamu?

Tuan, tak bisakah kita hanya berteman baik seperti awal mula kita bertemu?

Apa salahku sampai kau kembali buka hati yang penuh dengan luka pun membutuhkan penyembuhnya, tapi kamu malah menambahkan sakit di dalamnya?

Kemudian pergi.

Apa ini maumu, merusak pertemanan baik kita yang sudah berjalan cukup lama? Ini yang kamu inginkan?

Apa ini maumu, melihat saya kembali jatuh ke dalam kesedihan yang tak kunjung henti, meski kamu tahu bagaimana saya ketika kacau itu datang? Senang kamu melihat saya seperti ini?

Saya tahu, setelah ini pertemanan kita tak akan lagi sama seperti sedia kala. Senang kamu melihat saya kehilangan teman baik lagi? Ini yang kamu harapkan?

Setelah kamu pergi, selanjutnya adalah hari-hari berat yang akan saya lalui untuk membiasakan hidup saya tanpa kamu di sini.

Adalah hari-hari berat untuk kembali merindukan orang yang tidak bisa saya gapai lagi dan hanya bisa memendamnya sendiri.

Adalah hari-hari berat untuk kembali berusaha menyembuhkan luka dan sakit yang ditimbulkan orang lain.

Dan saya tahu, kamu tak akan tahu bahkan peduli tentang itu, perjuangan saya untuk tetap hidup bersama luka-luka yang ada.

Mungkin kamu tak akan pernah paham sesakit apa luka yang saya rasakan saat ini. Kamu tidak akan pernah bisa mengerti hal itu.

Mungkin juga kamu tidak akan merasakan hal yang sama seperti saya di sini, hidup saya kembali kacau dan harus berusaha keras untuk memperbaikinya kembali.

Saya terluka lagi, saya menangis sejadi-jadinya lagi. Apakah saya tidak boleh menyayangi dan memiliki seseorang untuk selama-lamanya?

Mungkin tidak adil bagimu jika saya hanya menyalahkanmu. Tak apa, saya juga turut andil dalam semua yang sudah kita lalui.

Saya juga patut disalahkan untuk semuanya ini. Saya juga patut kamu benci. 

Tapi hati saya tidak akan berekspektasi tinggi jika tidak ada yang mengawalinya secara tak terduga namun indah.

Tapi yasudahlah, semua sudah berakhir. Kau dan saya sama-sama memutuskan untuk pergi. Mungkin ini yang terbaik.

Meski berat untuk saya melepaskan semuanya, meski sulit untuk menyadari bahwa kamu tak ada lagi di sini. Tapi ini pilihan yang tepat. 

Semoga kamu selalu sehat dan bahagia di sana, dengan pilihanmu yang dari awal sudah menemanimu.

Semoga kamu bahagia di sana, meski bukan saya alasanmu untuk tertawa dan tersenyum.

Terima kasih untuk perjalanan yang sudah kita lalui bersama, meski berakhir dengan hal yang tidak saya harapkan.

Terima kasih telah memutuskan untuk merusak pertemanan ini, meski saya tidak mau ini terjadi. Tapi kamu melakukannya. 

Dan maaf, jika saya bukan teman yang baik untukmu. Jika saya bukan seperti perempuan pada umumnya. Jika saya tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan. Jika saya tidak sesuai ekspektasimu.

Meskipun kita sama-sama memutuskan untuk pergi. Ketahuilah, raga dan jiwa saya masih selalu ada untukmu jika kamu membutuhkannya. 

Saya masih mau meluangkan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesahmu. Saya masih ada untuk menemanimu menghabiskan hari dengan bernyanyi bersama di konser, di mobil, di manapun.

Sampai kapanpun, saya akan berusaha menjadi orang yang sama seperti pertama kali kamu kenal. 

Tapi, jika kamu memang memutuskan untuk pergi selama-lamanya, tak mengapa. Saya sudah terbiasa sendiri sejak kamu belum hadir di kehidupan saya.

Terima kasih ya, saya pamit dulu.

Akhirnya kita harus memilih
Satu yang pasti
Mana mungkin terus jalani
Cinta begini

Kar'na cinta tak akan ingkari
Tak kan terbagi
Kembalilah pada dirinya
Biarku yang mengalah
Aku terima..
                                       Cinta Begini - Tangga



Surakarta, 21 Desember 2018
NBRP.

Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan kata-kata yang baik, maka gue juga akan menanggapinya dengan baik. Terima kasih sudah membaca postingan gue dan blogwalking di sini. Terima kasih juga sudah berkomentar. Have a great day, guys! Godblessya!

Postingan Populer